Hidayatullah.com–Para pemimpin dari berbagai negara Arab yang berpartisipasi dalam konferensi yang mengambil tema “Tantangan Teluk Arab dan Regional” menyimpulkan pada Rabu kemarin bahwa mendesak bagi negara-negara di kawasan itu untuk bersatu dalam upaya memastikan keamanan dan stabilitas di kawasan itu.
Para pemimpin itu juga mengecam semua aksi teror di Yaman, Iraq, Suriah, Libya, serta di wilayah Palestina yang dilakukan pemerintah Israel.
Dalam sambutan penutupan, Pangeran Abdulaziz bin Salman, asisten Menteri Petroleum dan Sumber Daya Mineral Saudi, mengatakan bahwa keamanan energi akan memainkan peran penting dalam pembangunan dan stabilitas di kawasan itu.
Mengacu kepada Kota Raja Abdullah untuk Energi Terbarukan, ia mengatakan bahwa proyek itu memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan sumber-sumber energi alternatif dan berkelanjutan. Dia setuju dengan beberapa pembicara yang berpendapat bahwa sumber-sumber minyak yang sangat besar di wilayah ini akan membantu menstabilkan wilayah ini yang secara politik terpisah-pisah. Hal ini sudah terjadi, katanya.
Pangeran Abdulaziz mengatakan bahwa konsumsi minyak oleh negara-negara di luar negara-negara Organization for Economic Co-operation and Development telah meningkat berkali-kali, dan harga yang cenderung meningkat di masa depan.
Dia mengatakan enam negara GCC (The Gulf Cooperation Council) memainkan peran penting dalam investasi global dan menarik bagi orang-orang yang berbakat untuk membantu dalam pembangunan negara-negara anggotanya. Negara-negara GCC sangat menyadari keterbatasan dan kekuatan mereka, katanya.
Dalam sambutan penutupan, Saad bin Al-Ajmi Tefla, mantan Menteri Informasi Kuwait, mengatakan ada kebutuhan untuk mengembangkan strategi terpadu untuk menangani situasi di Irak, Suriah, Palestina, Yaman, Iran dan bagian lain dari dunia Arab.
Pada kesempatan itu, ia juga mengecam Iran atas terjadinya aksi kekerasan di Irak dan Suriah dan mengatakan program nuklir Iran adalah masalah penting yang menjadi perhatian serius bagi wilayah tersebut. Dia mengatakan para pemimpin Iran tidak bisa duduk bersama dengan rekan-rekan mereka di negara-negara GCC dan tidak ingin menyelesaikan perselisihan.
Al-Ajmi mengatakan pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk membangun wilayah tersebut.
“Ada negara-negara kecil yang telah menggunakan sumber daya manusia sebagai kekayaan nasional, dengan kurikulum yang direvisi. Para lulusan mereka berkontribusi besar dalam memajukan negara-negara mereka. Kurikulum kita juga perlu direvisi untuk memenuhi kebutuhan nasional. Kita perlu bekerja secara ekstensif, ” kata Al-Ajmi dikutip Arab News.
Dia mengatakan ada juga kebutuhan penerapan sistem pendidikan untuk melawan ekstremisme.
Berpartisipasi dalam sesi curah pendapat, Mohammed Fahad Al-Harthi, pemimpin redaksi Arab News, mengangkat pertanyaan penting tentang proyek di King Abdullah City untuk Energi Terbarukan, meng-upgrade sektor energi, meningkatkan subsidi, dan restrukturisasi sistem pendidikan untuk memerangi terorisme di wilayah itu.
Para delegasi pada konferensi itu pada Selasa kemarin mengecam kelompok ISIS atas tindakan kekerasan mereka di Timur Tengah, dan mengecam Israel karena terus menindas rakyat Palestina.
Pangeran Abdulaziz bin Abdullah, wakil Menteri Luar Negeri Saudi, mengatakan ISIS “tidak merepresentasikan Islam”. Tidak ada tempat untuk kekerasan dalam Islam, sebuah agama damai yang tersebar di seluruh dunia.*