Hidayatullah.com—Pemerintah Arab Saudi telah menyatakan keprihatinan atas meningkatnya jumlah jamaah haji yang datang dengan masalah kesehatan kronis atau serius. Menurut Saudi jamaah haji tersebut membahayakan kesehatan orang lain dan juga menyebabkan fasilitas kesehatan di kota-kota suci terpaksa memberikan perawatan.
“Haji adalah wajib bagi umat Islam jika mereka mampu dari segi fisik dan finansial,” kata Abdallah Al-Asiri, wakil Menteri Kesehatan Saudi untuk kesehatan preventif. “Namun, banyak jamaah yang mengabaikan persyaratan ini, ini memprihatinkan,” ujarnya dikutip Arab News, Sabtu (20/9/2014).
Berbicara kepada Arab News, ia mengatakan banyak umat Islam di berbagai belahan dunia sangat percaya bahwa kematian selama haji atau di kota-kota suci akan membuat mereka masuk surga. Kepercayaan ini membuat mereka menyembunyikan masalah kesehatan mereka saat mereka tiba dengan tekad untuk melakukan ibadah haji.
“Sayangnya, banyak jamaah yang percaya bahwa penyakit mereka bisa mengakibatkan kematian mereka selama haji, yang dapat memberikan mereka tempat di surga,” katanya.
“Ini adalah omong kosong belaka, dan Islam tidak mengizinkan siapa pun untuk sengaja terlibat dalam situasi berbahaya,” katanya.
“Kesalahpahaman tentang keutamaan kematian di kota-kota suci adalah salah satu faktor penyebab meningkatnya jumlah pasien berusia lanjut dan menderita penyakit kronis yang datang untuk berhaji,” katanya.
Dia mendesak para ulama di berbagai negara untuk mempromosikan ajaran Islam, yang dengan jelas menentukan kemampuan fisik sebagai syarat untuk melakukan haji.
Al-Asiri mengatakan bahwa rumah sakit di Mina, Arafat, serta di Makkah dan Madinah memberi pasien perawatan yang maksimal. “Sebagian besar dari mereka menderita penyakit kronis,” katanya.
Dia mengatakan Kementerian Kesehatan Saudi telah mengintensifkan pengawasan terhadap jamaah untuk kasus Ebola dan MERS.
“Sistem kesehatan preventif kami adalah yang terbaik di dunia,” katanya. “Kami telah membuat pengaturan yang teliti untuk mengisolasi kasus-kasus yang mencurigakan.”