Hidayatullah.com–Jumlah kasus kekerasan terhadap anak yang berkaitan dengan ritual ilmu hitam yang dilaporkan ke Metropolitan Police di London terus bertambah..
Dilansir BBC Rabu (8/10/2014), kekerasan terhadap anak berkaitan dengan ritual atau upacara tertentu yang dilaporkan ke Scotland Yard (markas kepolisian Inggris) meningkat dari tahun ke tahun selama 10 tahun terakhir. Pada tahun 2013 tercatat 24 kasus, tahun 2012 ada 19 kasus dan tahun 2011 ada 9 kasus.
Setahun terakhir ini sudah tercatat 27 kasus, termasuk dua di antaranya berupa pemerkosaan.
Kekerasan terhadap anak akibat ritual tertentu antara lain berupa perlakuan kasar di mana anak diayun-ayunkan ke sana ke mari lalu dipukul di bagian kepalanya dengan alasan untuk “menghilangkan roh jahat” dari dalam tubuhnya. Bocah-bocah itu juga ditenggelamkan ke dalam air.
Sejumlah kasus pembunuhan ritual semacam itu misalnya seperti yang dialami Kristy Bamu, remaja berusia 15 tahun yang disiksa dan ditenggelamkan oleh kakak perempuannya dan pacar kakaknya pada tahun 2010, serta kasus Victoria Climble pada tahun 2000 yang disiksa hingga tewas.
Sejak tahun 2014 sudah 148 kasus serupa dilaporkan ke Metropolitan Police.
Hari Rabu ini petugas dari kepolisian direncanakan menemui sejumlah guru, perawat anak dan pekerja kesehatan di Balai Kota London guna membahas cara mengatasi masalah tersebut.
Detektif Superintenden Terry Sharpen dari Metropolitan Police mengatakan bahwa jenis kejahatan tersebut merupakan kejahatan tersembunyi.
Menurut Sharpen, keluarga para korban benar-benar percaya bahwa korban telah “dirasuki roh jahat”, dan penting bagi para tenaga ahli untuk mengetahui tanda-tandanya sehingga dapat mengidentifikasi masalah tersebut.
“Tidak peduli apa yang diyakini oleh pelaku, penyiksaan terhadap anak adalah penyiksaan anak,” tegas Sharpen.
Simon Bass dari Churches’ Child Protection Advisory Service menyambut baik kerja Metropolitan Police dalam masalah tersebut.
Bass yakin kejahatan itu adalah kejahatan nyang tersembunyi dan lembaga-lembaga terkait di seluruh Inggris menghadapi masalah serupa.*