Hidayatullah.com—Kepolisian Maladewa telah menangkap Wakil Presiden Ahmed Adeeb dengan dugaan terkait kasus ledakan di kapal kepresidenan bulan lalu, di mana Presiden Yameen Abdul Gayoom lolos dari maut.
Jurubicara kepolisian Ismail Ali mengatakan Adeeb ditangkap pada hari Sabtu di bandara, ketika baru saja tiba dari kunjungan resmi ke China. Dia mengatakan Adeeb di bawa ke rumah tahanan yang berada di sebuah pulau, lapor Aljazeera Sabtu (24/10/2015).
Daniel Bosley, seorang wartawan Reuters yang melaporkan dari ibukota Maladewa, Male, mengatakan kepada Aljazeera bahwa kedatangan Adeeb itu merupakan kedatangan yang paling ditunggu-tunggu dalam sejarah negara kepulauan tersebut, sebab kabar mengenai Adeeb akan ditangkap sudah merebak sejak wakil presiden itu masih dalam lawatan resmi di China selama sepekan.
Pada 28 September terjadi ledakan di atas sebuah kapal cepat yang ditumpangi Presiden Gayoom dan istrinya, yang baru tiba di ibukota dari bandara sepulangnya menunaikan ibadah haji. Bandara Maladewa terletak di pulau lain yang berbeda dari pulau lokasi ibukota negeri mungil itu.
Gayoom lolos dari maut tanpa terluka, tetapi istrinya, seorang pembantunya dan seorang pengawal mengalami luka-luka akibat ledakan itu.
Pihak berwenang ketika itu memberikan dugaan awal bahwa ledakan terjadi karena masalah pada mesin.
Akan tetapi, mereka kemudian mengumumkan bahwa ledakan yang terjadi merupakan upaya pembunuhan atas Presiden Gayoom, dan penyelidikan mulai dilakukan. Alat peledak diletakkan di bawah bangku yang biasa diduduki oleh presiden. Gayoom tidak terluka sebab ketika itu dia tidak duduk di tempat tersebut, kata pemerintah.
Adeeb membantah dirinya terlibat peledakan itu, lapor kantor berita Associated Press.
Adeeb merupakan pendukung setia Gayoom dan menjadi wakil presiden pada bulan Juli lalu di usia 33 tahun. Gayoom berperan penting dalam kenaikan jabatan Adeeb dari menteri pariwisata ke kursi wakil presiden, setelah presiden berhasil merayu politisinya di parlemen untuk melengserkan wakil presiden sebelumnya, Mohamed Jameel.
Anggota-anggota parlemen bahkan menurunkan usia minimum presiden dan wakil presiden dari 35 menjadi 30, dengan tujuan agar Adeeb bisa menduduki jabatan wakil presiden.
Namun, beberapa pekan setelah ledakan, Presiden Gayoom rupanya mencurigai wakilnya terlibat dalam upaya pembunuhan dirinya. Dia kemudian memerintahkan penggerebekan atas sejumlah rumah dan tempat usaha milik teman-teman Adeeb.
Tidak hanya itu, Gayoom juga memecat menteri pertahanan dan kepala kepolisian menyusul ledakan tersebut.
“Saat ini, negara ini tidak memiliki menteri pertahanan atau kepala kepolisian, dan sekarang sepertinya juga akan kehilangan wakil presidennya, karena ada pergantian antar waktu besar-besaran menyusul ledakan tersebut,” kata Bosley.*