Hidayatullah.com– Presiden terpilih Filipina, Rodrigo Duterte dikecam media karena mengatakan kebanyakan wartawan yang terbunuh di negaranya memang sudah seharusnya meninggal, demikian dikutip BBC, Kamis (02/06/2016)
Sebelumnya, Rodrigo Duterte mengatakan hal itu dalam konferensi pers di Davao hari Selasa (31/05/2016) bahwa banyak wartawan yang tewas karena mereka korup dan memperingatkan bahwa yang lainnya akan dibunuh kalau dianggap menjengkelkan.
Sejak tahun 1986, 176 wartawan terbunuh di Filipina, menjadikan Filipina sebagai salah satu negara yang paling berbahaya bagi wartawan.
Tetapi Duterte mengatakan kebanyakan dari mereka “melakukan kesalahan”.
Mantan wali kota Davao secara resmi dinyatakan sebagai pemimpin baru pada hari Senin (30 Mei) setelah menang meyakinkan pemilihan umum bulan Mei dan akan diambil sumpahnya pada tanggal 30 Juni.
Ketika ditanyakan tingginya jumlah serangan terhadap wartawan, Duterte mengatakan “Anda tidak akan terbunuh jika Anda tidak melakukan kesalahan”.
Dia mengutip Jun Pala, seorang wartawan, politikus dan pengecam Duterte yang dibunuh pada tahun 2003.
“Saya tidak ingin melupakannya tetapi dia bajingan. Dia memang sudah seharusnya mengalami itu.”
Serikat wartawan di Filipina menyatakan komentarnya “mengerikan”.
Kelompok-kelompok media internasional bahkan mengecam pernyataan presiden terpilih Filipina baru-baru ini yang membela pembunuhan terhadap wartawan di negara itu.
Filipina adalah satu di antara tempat-tempat paling berbahaya di dunia bagi wartawan, di mana hampir 200 reporter tewas selama dua dekade terakhir.
Komite untuk Perlindungan Wartawan mengeluarkan pernyataan hari Rabu (01/06/2016) dikutip VOA menyebutkan pernyataan Duterte “tampaknya membenarkan pembunuhan di luar hukum yang mengancam akan membuat Filipina menjadi ladang pembunuhan bagi wartawan.”*