Hidayatullah.com—Sebuah tulisan bernada menghina Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassallam ditemukan seorang gadis Muslimah 15 tahun saat ia berjalan ke sebuah masjid di Saint Paul, Minnesota, Senin pagi.
“Muhammad was a r*pist! F**k Islam!”, demikian isi kata-katanya yang ditulis dengan krayon pada selembar kertas. Kertas berisi catatan itu ditempel di pintu masjid.
“Sebelum dia membawanya ke saya, dia sudah merobek-robeknya karena marah,” kata Kassim Busuri, administrator Dawah Islamic Center, yang berada di masjid,mengawasi program pendidikan musim panas untuk anak-anak dan remaja muslim, pada Senin (25/07/2016) dikutip laman huffingtonpost.com.
Busuri mengatakan polisi sedang menyelidiki hal tersebut dan berjanji untuk mengirim petugas patroli tambahan ke daerah sekitar masjid sebuah sikap dari kepolisian yang sangat ia hargai.
Departemen Kepolisian Saint Paul belum bisa segera memberikan komentar.
Klaim menyesatkan bahwa Nabi Muhammad adalah seorang pemerkosa dan pedofil adalah klaim yang sering diucapkan mereka yang fobia terhadap Islam. Pada kenyataannya, klaim ini merupakan apa yang diucapkan oleh para akademisi di zaman Perang Salib, ketika orang Kristen Eropa berusaha untuk menjelek-jelekkan Islam.
“Kita tahu bahwa tindakan semacam ini dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, yang tidak mengerti agama atau siapa kami,” kata Busuri.
Catatan itu muncul di tengah lonjakan aksi kebencian Islamophobia di AS. Awal bulan ini, di seberang sungai di Minneapolis, seorang pria diduga menembak dua pria Muslim sambil meneriakkan umpatan anti Islam.
Sejak Mei, seseorang melakukan penembakan di sebuah masjid di Texas, beberapa lubang peluru ditemukan di plang masjid di Indiana, dan masjid-masjid di Florida, Michigan, Carolina Utara, Washington dan Illinois juga menerima sejumlah ancaman.
Jumlah tindakan kriminal yang menargetkan Muslim melejit di bulan terakhir tahun 2015, di tengah pidato politik anti-Muslim dari Donald Trump dan lainnya. Sebuah laporan yang dirilis awal tahun ini oleh Bridge Initiative di Georgetown University menemukan bahwa ada lebih banyak aksi kekerasan anti-Muslim dan vandalisme pada tahun 2015 daripada di tahun sejak serangan 11 September.
Laporan lain, dari Council on American-Islamic Relations (Dewan Hubungan Islam Amerika Serikat/CAIR), ditemukan 78 kasus pada tahun 2015 di mana masjid menjadi sasaran vandalisme, pembakaran dan berbagai jenis kerusakan lainnya. Hal itu merupakan peningkatan hampir 400 persen dari tahun sebelumnya.
“Semua orang Amerika harus bisa menjalankan ibadah dan keyakinan yang mereka pilih tanpa ada rasa takut adanya pelecehan atau intimidasi,” Jaylani Hussein, direktur eksekutif CAIR-Minnesota, mengatakan dalam sebuah pernyataan, pada hari Senin, menanggapi catatan berisi pelecehan terhadap Islam di Dawah Islamic Center.
“Kami mendesak negara bagian dan pihak penegak hukum untuk menyelidiki insiden ini yang diduga sebagai aksi kriminal kebencian.”
Busuri mengatakan, siapa pun yang meninggalkan catatan tersebut “harus dituntut atas trauma yang disebabkan oleh mereka di tempat kami.”
“Kami berusaha untuk mengajarkan anak-anak bahwa mereka tinggal di sini, bahwa ini adalah negara mereka,” katanya. “Mereka adalah orang Amerika. Mereka semua lahir di sini. Nilai Amerika adalah bahwa mereka memiliki hak untuk beribadah, bahwa mereka memiliki kebebasan beragama.”*/Karina Chaffinch