Hidayatullah.com—Hukum di Arab Saudi melarang wanita mengemudi tanpa disertai mahram, menyebabkan mereka bergantung pada saudara laki-laki agar dapat pergi ke toko, sekolah atau bekerja.
Namun layanan transportasi berbayar yang diluncurkan dua tahun lalu ikut mengubah gaya hidup wanita Saudi.
Kini mereka dapat mengandalkan pengemudi perusahaan transportasi online yang siaga setiap waktu bagi mereka.
“Uber merupakan mahramku. Aku tahu itu terdengar lucu tetapi ironisnya mereka ada ketika aku membutuhkannya, sangat aman,” demikian istilah lucu Arwa Ibrahim, seorang dokter Saudi, dalam sebuah tulisannya di laman Saudi Gazette belum lama ini.
Menurutnya, aplikasi trasnportasi online itu dianggap sebagai sumber ‘pemberdayaan wanita’ Saudi.
Ketika Uber diluncurkan di Riyadh pada awal 2014, dampaknya melampui yang diperkirakan. Perusahaan itu telah menciptakan perbedaan yang nyata bagi mobilitas wanita Saudi.
Uber dan Careem – perusahaan taksi swasta – telah menguasai pasar transportasi Saudi dan saat ini merupakan kekuatan yang tidak dapat dihentikan.
Kedua perusahaan taksi berbasis aplikasi itu lebih dapat diterima oleh para wanita dan lebih aman daripada taksi publik.
“Ayahku tidak akan menjemput dan sebagainya untuk bekerja. Dia juga tidak memperbolehkan saudara-saudara perempuanku menggunakan taksi publik. Hanya dengan Uber aku dapat benar-benar pergi bekerja, sehingga aku dapat terus-menerus bekerja dan mendapatkan pemasukan,” kata Salma Rashid, seorang pedagang berumur 26 di Jeddah dikutip Saudi Gazette, Selasa (11/10/2016).
“Saya tinggal di kamp, jadi saya tidak dapat menemukan taksi dengan mudah. Saya harus berjalan dengan bayiku selama 20 menit di terik panas dan kemudian menunggu taksi. Itu menggelikan. Saya bekerja tetapi saya tidak dapat memiliki mobil dan supir yang dapat bersamaku 24/7. Ada kalanya ketika saya harus ke rumah sakit atau apotek, tetapi suamiku bekerja di wilayah industri jadi tidak mungkin dia ada ketika aku membutuhkannya. Bagiku, Uber lebih dapat dipercaya dan aku mengandalkannya karena aku tidak perlu menunggu atau memintanya atau bahkan mengharapkan dia ada ketika keluargaku membutuhkan. Menyedihkan memang tapi kenyataannya begitu,” cerita Najma Abbas, seorang wanita berkebangsaan Jordania.
Terkait kurangnya fasilitas transportasi publik lain, para wanita lebih memilih Uber dan Careem yang menawarkan harga bersaing pada pelanggannya. Kebanyakan wanita juga mengatakan aplikasi tersebut lebih murah daripada taksi publik dan lebih dapat dipercaya khususnya jika digunakan pada larut malam.
Kebanyakan pengguna Uber dan Careem merupakan wanita, beberapa supir mengatakan.
“Banyak dari pelangganku merupakan wanita yang tidak mempunyai supir dan lebih memilih kami daripada taksi publik,” kata Nimfraz Siraj, seorang supir berkebangsaan Sri Langka di Jeddah.
“Dengan Careem saya dapat mengetahui nama supir, nomer telefon, serta plat nomer mobilnya. Saya dapat membaginya pada keluargaku atau teman jika mereka membutuhkan. Tetapi dengan taksi publik, saya tidak mempercayai mereka,” kata Lama Abdullah, seorang fotografer berumur 25 tahun di Riyadh.*/ Nashirul Haq AR