Hidayatullah.com—Sebuah studi yang diterbitkan oleh Komite Tindak Lanjut Tinggi untuk Warga Arab Israel, mengungkapkan bahwa pihak berwenang Israel telah mengubah 15 masjid menjadi sinagog Yahudi.
Studi ini juga menunjukkan bahwa 40 masjid dihancurkan, ditutup, atau ditelantarkan, sementara 17 lainnya diubah menjadi lumbung, bar, restoran, atau museum.
Salah satu landmark di Tiberias, sebuah masjid yang dikenal sebagai Masjid Zaydani, dibangun dengan gaya arsitektur Mamluk dengan kubah besar dan menara, adalah salah satu yang terlantar akibat penjajahan ‘Israel’.
“Seperti kebanyakan orang Palestina, penduduk Tiberias telah dipaksa mengungsi ke Suriah dan Libanon pada peristiwa Nakba,” Kamal Khatib dari Komite Tindak Lanjut Tinggi untuk Warga Arab Israel, mengatakan kepada Anadolu Agency.
“Keluarga Zaydani, bagaimanapun, pindah ke kota Nazareth yang berdekatan,” katanya.
Khatib mengatakan keluarga Zaydani telah mengupayakan izin untuk merenovasi masjid Umari.
“Namun, Kota Tiberias (otoritas pemerintah ‘Israel’) menolak, dengan alasan akan merenovasi, tetapi tidak ada yang terjadi,” ungkapnya.
“Bahkan sejak masjid ditutup, otoritas Israel melarang jamaah dan pengunjung untuk masuk,” tambahnya.
Masjid terkenal lainnya, Masjid Al-Ahmar di kota utara Safed, diubah menjadi gedung konser dan klub malam, sementara Masjid Al-Jadid di kota Kaisarea diubah menjadi sebuah bar, sebuah penelitian menuturkan.
Masjid Al-Ahmar adalah masjid bersejarah yang dibangun pada abad 13. Masjid tersebut telah mengalami serangkaian penodaan sejak pendudukan Israel pada tahun 1948.
Pertama, ia diubah menjadi seminari Yahudi. Selanjutnya pada tahun 2006, ia menjadi kantor pemilihan untuk Partai Kadima Israel sebelum digunakan sebagai gudang pakaian.
“Masjid Al Ahmar mendapatkan namanya dari batu merahnya. Saat ini, digunakan dalam beberapa cara selain sebagai tempat shalat bagi umat Islam, ” kata Mustafa Abbas, seorang sejarawan dan penduduk asli Safad.
“Umat Muslim yang mengunjungi tempat itu menghadapi serangan dari penjajah Yahudi,” tambahnya.
“Masjid ini memiliki nilai sejarah dan arsitektur yang langka karena didirikan oleh Sultan Mamluk Al Daher Baibars [1223-1277 M),” kata Abbas.
Kamal Khatib mengenang bahwa masjid-masjid di era pra-Nakba penuh dengan jamaah. “Namun, setelah Nakba, masjid-masjid dihancurkan, terutama di desa-desa. Masjid-masjid lain diubah menjadi sinagog, bar, museum, kafe, atau restoran,” ungkapnya.
“Setelah Nakba, sekitar 539 desa Palestina hancur,” kata Khatib. “Semua bangunan Palestina, termasuk masjid, telah menjadi mangsa yang mudah bagi pemerintah Israel.”
Khatib menyesalkan bahwa kelakuan ‘Israel’ “mengabaikan sentimen umat Islam”, ia mengutip perihal pemakaman al-Isaaf di Jaffa, di mana kuburan tersebut dihancurkan oleh ‘Israel’ meskipun ada protes dari warga setempat.
Khatib mengatakan pemerintah ‘Israel’ telah memberlakukan undang-undang keji untuk menyita properti penduduk Palestina, yang dengan terpaksa meninggalkan rumah mereka.
“Knesset (parlemen Israel) mengesahkan hukum absen, di mana Israel dapat menyita bangunan dan properti warga Arab [yang meninggalkan rumah mereka ke daerah lain],” ujarnya.
Sementara itu, ‘Israel’ membantah tuduhan menggunakan masjid untuk tujuan lain selain beribadah.
Pada Oktober 2015, Kementerian Luar Negeri Israel mengatakan ada sekitar 400 masjid di Israel dan bahwa jumlah jamaah meningkat selama 25 tahun terakhir.
Namun Khatib dengan tegas membantah klaim ‘Israel’ tersebut. Ia mengatakan, “Pemerintah Israel tidak pernah membangun masjid dalam sejarah negara itu”.
Sebuah laporan menyatakan bahwa pihak berwenang Israel secara sistematis melakukan pengubahan hingga penghancuran situs-situs Islam di wilayah Palestina yang diduduki dengan tujuan melenyapkan identitas mereka.
Yahudi dan tentara Israel telah berulang kali menggerebek Masjid Al Aqsa yang diduduki, yang merupakan situs paling suci ketiga Islam.
“Orang-orang Yahudi telah mengubah sebagian besar masjid dan wakaf Palestina, terutama di kota-kota dan desa-desa di mana orang-orang lokal mereka dipaksa untuk pergi dan diduduki oleh orang-orang Yahudi, yang mengusir Muslim dan Kristen dari mereka,” kata Menteri Wakaf Palestina dan Urusan Agama Yusuf Adais.*