Hidayatullah.com—Diperkirakan lebih sejuta wanita seluruh dunia demonstrasi berbaris sebagai tanda protes terhadap Presiden Amerika Serikat, terpilih, Donald Trump, demikian lapor Mirror.co.uk.
Gelombang protes yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk memprotes Presiden Donald Trump akibat retorika kampanye dan perilakunya yang ditemukan terutama misoginis.
Demonstrasi juga menyoroti ketidakpuasan yang kuat atas berbagai komentar Donald Trump dan posisi kebijakan terhadap berbagai kelompok, termasuk imigran Meksiko, kalangan Muslim, orang cacat dan lingkungan.
Di Washington, ratusan ribu hadir untuk mempertahankan kesetaraan gender, kesehatan wanita dan isu-isu lain yang dianggap terancam di bawah pemerintahan Trump.
Presiden AS Paling Tak Disukai, Hari Kedua Berkantor Donald Trump Diprotes Ratusan Ribu Orang
Sementara itu, antara daerah lain terlibat pawai protes ini adalah New York, Los Angeles, Seattle, Denver, Boston, Philadelphia dan Austin.
Sebelum itu, di London juga turut menyaksikan ratusan ribu orang berkumpul di Trosvenor Square dan berbaris sampai ke Trafalgar Square untuk menunjukkan solidaritas mereka melawan presiden itu.
Demonstrasi tersebut turut dimulai dahulu di Belfast, Cardiff, Lancaster, Leeds, Liverpool, Manchaster, Shipley dan Edinburgh.
Prosesi tersebut turut menyaksikan kehadiran dari selebriti terkenal seperti Scarlett Johansson, Emma Watson dan Emma Thompson.
Menurut laman Women’s March on Washington, diperkirakan hampir 700 “sister marchers” dengan sekitar dua juta peserta.
Perempuan di kota-kota besar di seluruh dunia berdemonstrasi sebagai solidaritas kepada demonstran yang berpawai di Washington hari Sabtu (21/01/2017), sehari setelah Donald Trump dilantik sebagai presiden Amerika.
Demonstrasi di ibukota Amerika, dipicu keprihatinan atas hak-hak perempuan, hak-hak sipil, dan isu-isu lingkungan hidup di saat Donald Trump memulai masa jabatannya.
Kampanye Trump sebelum ini turut diwarnai dengan komentar seksis tentang kaum wanita serta isu video beliau berbicara tentang wanita yang dianggap biadab.
Sementara itu, sekelompok pawai damai menuju ke Balai Kota Kanada dan seterusnya ke gedung konsulat Amerika Serikat di bawah pengawasan polisi diperkirakan sekitar 10 ribu sampai 13 ribu orang.
Di Jepang, ratusan orang yang umumnya mantan patriot Amerika, berbaris melewati kawasan Tokyo, meneriakkan slogan-slogan dan membawa poster bertuliskan cinta dan kasih sayang.
Di Australia, ribuan demonstran berbaris melewati konsulat Amerika di Sydney untuk menantang apa yang disebut panitia “retorika sarat kebencian” oleh presiden baru Amerika, menuduh Trump “menormalisasi seksisme dan rasialisme.”
Diperkirakan 80.000 orang berdemonstrasi di Kedutaan Besar AS di London dan berbaris ke Trafalgar Square.
“Kerumuman memadati sampai kejauhan tidak ada ruang tersisa untuk barisan,” ujar Kepala Polisi DC Peter Newsham kepada Associated Press.
Dalam pidatonya Michael Moore merobek salinan dari Washington Post, dengan mengatakan: “Halaman utamanya berjudul “Trump mengambil kekuasaan”. Saya pikir tidak demikian. Inilah kekuasaan ini. Di sinilah mayoritas Amerika ada di sini. Kita merupakan mayoritas,” ujarnya.
Sebelum ini, pemimpin Katolik Paus Fransiskus mendesak Donald Trump untuk memimpin dengan nilai-nilai etika.
“Pada saat keluarga kita dilanda krisis kemanusiaan berat, yang menuntut reaksi politik, saya berdoa agar keputusan Anda akan dipandu oleh nilai-nilai spiritual yang kaya dan beretika, yang selama ini telah membentuk sejarah rakyat Amerika, demi kemajuan martabat manusia di seluruh dunia,” kata Paus Fransiskus dilansir Reuters Jumat (20/01/2017).
Sementara sehari pasca pelantikannya, Trump justru menyatakan berperang melawan media. Sikapnya didasari pemberitaan media yang dinilainya sangat negatif terkait acara pelantikan Presiden Amerika Serikat ke-45 ini.*