Hidayatullah.com—Geram dituding bermewah-mewahan, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menantang pemimpin partai oposisi terbesar agar mencari toilet emas di istana kepresidennya yang baru yang sangat besar dan megah itu.
Kemal Kilicdaroglu, pimpinan Partai Rakyat Republik (CHP), berulangkali mengkritik Erdogan berkaitan dengan istana kepresidenan baru Turki yang belum lama ini diresmikan, serta pembelian sejumlah fasilitas lainnya oleh presiden.
“Saudara sekalian, di Ankara istana-istana sudah dibangun untukmu (merujuk kepada presiden, red), pesawat-pesawat sudah dibeli, mobil-mobil Mercedes sudah dibeli … tempat-tempat duduk emas sudah dibeli, begitulah kamu menggunakan toilet,” kata Kilicdaroglu saat berbicara di depan massa pendukungnya di kota Izmir di daerah pesisir Laut Aegea hari Sabtu lalu.
Erdogan, yang kediaman resminya pindah ke istana kepresidenan baru yang memiliki 1.000 ruangan, setelah terpilih menjadi presiden lewat pemilu Agustus lalu, menantang Kilicdaroglu untuk membuktikan tuduhannya.
“Saya mengundangnya untuk datang dan berkeliling … Saya penasaran apakah dia bisa menemukan dudukan toilet emas itu di kamar-kamar mandi yang ada,” kata Erdogan dalam wawancara dengan televisi pemerintah TRT hari Ahad malam.
“Jika dia menemukannya, saya akan mengundurkan diri dari kursi kepresidenan,” kata Erdogan seperti dikutip Today’s Zaman, Senin (1/6/2015).
Kantor berita pemerintah Anadolu melaporkan bahwa kantor Erdogan mengundang Kilicdaroglu pada hari Senin untuk melakukan inspeksi atas istana kepresidenan sebagai balasan atas tuduhannya perihal dudukan toilet emas.
Istana kepresidenan Turki yang baru menjadi kontroversial tidak hanya karena ukurannya yang sangat besar, dengan 1.000 ruangan, tetapi juga karena dianggap dibangun secara ilegal. Pembangunannya dianggap melanggar keputusan pengadilan yang memerintahkan agar proses pendiriannya dihentikan, karena lokasi yang dipakai merupakan zona lingkungan yang dilindungi.
Komplek istana yang diberi sebutan AK Saray atau Istana Putih itu, teretak di atas sebuah bukit, yang bangunannya akan bersinar di malam hari. Sosok bangunannya mendominasi pemandangan di sisi barat ibukota Turki, Ankara. Istana itu dibangun semasa Erdogan menjabat sebagai perdana menteri, dan langsung diresmikan dan dipakai tak lama setelah dia terpilih sebagai presiden, yang untuk pertama kalinya di Turki dipilih langsung oleh rakyat.
Sebelum Erdogan, para presiden Turki sebagai kepala negara tinggal di kediaman resmi yang jauh lebih sederhana.
Saat ini Erdogan sedang berusaha untuk mengubah sistem pemerintahan Turki dari parlementer menjadi presidensial. Dia ingin agar presiden Turki tidak lagi sekedar sebagai kepala negara yang merupakan jabatan simbolis, tetapi dia ingin presiden menjadi kepala pemerintahan yang memiliki kekuasaan luas untuk membuat keputusan layaknya lembaga eksekutif.*