Hidayatullah.com—Seorang tersangka militan ISIS, yang diduga memerintahkan serangan berdarah di Berlin, telah ditangkap di Provinsi Izmir, bagian barat Turki.
Dilansir Hurriyet Senin (13/3/2017), pria Jerman asal Yordania berinisial WD itu tiba di Turki dengan cara ilegal menyeberang ke Yunani setelah serangan di Berlin 19 Desember 2016 dilakukan. Dalam kejadian itu sebuah truk diserudukkan ke kerumunan orang di sebuah pasar Natal di ibukota Jerman, sehingga menewaskan 12 orang dan melukai 49 lainnya.
Menurut kepolisian, WD menjadi tersangka pemberi perintah kepada Anis Amri, militan ISIS asal Tunisia, untuk melakukan serangan tersebut. Anis Amri tewas dalam baku tembak di Milano, Italia, oleh polisi yang memburunya.
Aparat berwenang menemukan lima nama yang dicurigai terkait serangan itu di telepon milik Amri, termasuk tersangka perencana serangan dan penyedia paspor palsu. Setelah melakukan penyelidikan, Kepolisian mengatakan empat dari lima nama tersebut berada di Turki.
Otoritas di Turki kemudian diberitahu tentang hal tersebut dan polisi kemudian melakukan operasi rahasia guna menangkap para tersangka.
Setelah memalui serangkaian penyelidikan, polisi anti-teror Izmir berkeyakinan bahwa WD tiba di provinsi itu secara ilegal lewat Yunani. Mereka kemudian menangkapnya di sebuah penginapan pada 24 Desember 2016.
Dalam kesaksiannya WD menolak semua tuduhan yang ditujukan kepadanya. Namun, dia tetap ditahan.
Polisi terus mencari para tersangka yang namanya ada di telepon milik Amri itu, dengan dugaan mereka kemungkinan juga berada di Izmir. Dari hasil evaluasi, pihak berwenang menyimpulkan ketiga tersangka yang ikut dalam rencana serangan itu akan menyeberang ke Yunani.
Seorang tersangka militan ISIS asal Suriah berinisial MAK juga diyakini berada di Izmir. Dia kemudian ditangkap di hotel tempatnya menginap pada hari Sabtu (11/3/2017).
MAK mengatakan dirinya tiba di Izmir dan akan menyeberang ke Yunani, serta dikabarkan merencanakan serangan-serangan lainnya di Eropa. Saat ini pemeriksaan atas MAK masih berlanjut.
Sementara itu, dua tersangka lain dibekuk di Istanbul setelah polisi berhasil memastikan bahwa mereka melakukan kontak dengan Amri.
Lewat kantor berita yang buatannya, Amaq, ISIS pada 20 Desember 2016 mengklaim seorang prajuritnya telah melakukan serangan tersebut, tanpa menyebutkan identitasnya.*