Hidayatullah.com—Pemimpin Syiah Iraq berpengaruh, Moqtada al-Sadr mendesak Presiden Suriah, Bashar al-Assad mengambil keputusan bersejarah dengan cara mengundurkan diri untuk menyelamatkan negaranya dari pertumpahan darah lebih buruk.
Moqtada yang memiliki banyak pengikut di kalangan penduduk miskin di Baghdad dan kota di selatan Iraq menjadi pemimpin politik Syiah pertama mendesak Bashar mundur.
Tokoh Syiah yang berbasis di Najaf ini mengutuk pembunuhan massal, menggunakan senjata kimia, termasuk anak-anak, dalam insiden yang diduga sebagai serangan kimia di Khan Sheikhoun, Idlib, pekan lalu. Wilayah itu dikuasai kelompok oposisi Suriah, namun dugaan serangan dituduhkan oleh pasukan rezim Bashar al Assad.
”Saya akan menyerukan secara adil untuk Presiden Bashar al-Assad agar mengundurkan diri dan meninggalkan kekuasaan, yang memungkinkan orang-orang terkasih dari Suriah terhindar dari bencana perang dan penindasan para teroris,” katanya dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Al Arabiya, Ahad (09/04/2017).
Baca: Ratusan Pendukung Muqtada Sadr Serbu Green Zone dan Gedung Parlemen Iraq
Namun, desakannya itu dilakukan dengan kata-kata setengah memuji pemimpin Suriah itu serta kecaman terhadap serangan rudal Amerika Serikat (AS) ke atas pangkalan udara Suriah di Homs, Jumat lalu.
Dalam kenyataannya, Moqtada mengatakan, serangan AS itu akan menyeret wilayah bersangkutan ke kancah perang di samping membantu Daish (ISIS) memperluas kekuasaannya.
Pemerintah Iraq yang dipimpin Syiah selama ini dikenal memiliki hubunganerat dengan pemerintah Bashar selama perang yang berlangsung enam tahun di negara itu.
“Saya berpendapat adalah wajar Presiden Bashar al-Assad menawarkan pengunduran dirinya demi kasih sayangnya kepada rakyat Suriah, mengambil keputusan bersejarah dan berani sebelum terlambat,” kata Moqtada dalam peryataan dikutip Reuters.
Muqtada Al-Sadr adlah pemimpin Syiah kharismatik di Iraq yang dikenal dekat dengan Iran.
Baca: Pemimpin Syiah Iraq Keluarkan Fatwa Lawan Pasukan Turki
Militan Syiah ini mendadak terkenal di dunia pada 4 April, 2004 setelah memimpin konfrontasi bersenjata menentang pasukan pendudukan yang dipimpin oleh Amerika Serikat di Iraq dalam sebuah pemberontakan yang terjadi setelah ditutupnya surat kabar al-Sadr.
Milisi Syiah Muqtada al Sadr adalah kelompok bersenjata dengan senapan serbu AKM, granat berpeluncur roket, mortir, peluru kendali, dan senjata-senjata ringan lainnya. Ia juga memiliki Milisi Mahdi, menggunakan alat ledak buatan sendiri yang dikenal sebagai bom-bom pinggir dalam serangan-serangan terhadap penduduk sipil Iraq, Pasukan Keamanan Iraq dan Pasukan-pasukan Koalisi.
Pada 15 Juli 2013 ia membentuk komite militer pejabat Tentara Mahdi di bawah kepemimpinan perwira senior Hazem Al Araji yang secara resmi mengirimkan puluhan ribu milisi ke Suriah guna mendukung rezim Bashar al Assad guna memerangi pejuang oposisi dan pembebasan.*