Hidayatullah.com—Seolah tak menghiraukan desakan warganya yang menginginkan adanya reformasi, Presiden Mesir, Hosni Mubarak justru mengangkat tokoh-tokoh militer.
Hari Sabtu (29/1) kemarin, Mubarak yang cukup lama berkuasa di Negeri itu telah mengangkat Wakil Presiden (Wapres) dan Perdana Menteri (PM) baru. Hanya saja, kedua pejabat penting adalah berlatar belakang militer.
Bahkan Wapres baru yang diangkat Mubarak, Umar Sulaiman adalah, tokoh penting yang dikenal dalam intelijen dan diplomasi.
Pada tahun 1993, Umar Sulaiman menjabat kepala intelijen Mesir dan bertanggungjawab atas sejumlah isu politik luar negeri.
Sulaiman adalah orang kepercayaan terdekat Presiden Hosni Mubarak dan orang pertama yang diangkat menjadi wakil presiden sejak Mubarak berkuasa 30 tahun lalu.
Mubarak sendiri adalah wakil presiden sebelum mengambilalih kekuasaan setelah pembunuhan pendahulunya, Anwar Sadat.
Sulaiman mendapat penghargaan internasional atas perannya sebagai penengah dalam proses perdamaian Israel-Palestina atas upayanya meredam ekstrimisme Islam. Tahun 2009, majalah Foreign Policy memberi dia peringkat sebagai salah seorang kepala dinas intelijen yang paling berpengaruh di Timur Tengah.
Selain Sulaiman,Mubarak juga mengangkat Ahmad Shafiq yang juga berlatar belakang militer. Shafiq adalah mantan kepala staf angkatan udara dan menteri perhubungan udara.
Memperkokoh Militer
Sejumlah pengamat menilai, keputusan Mubarak itu sama sekali tidak meredakan kondisi yang ada. Menurut tokoh oposisi, Mohammad Elbaradei, yang juga Mantan Dirjen Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) menyatakan, Mubarak lebih baik mengundurkan diri.
\”Sekarang mengundurkan diri itu lebih baik dari pada besok.\”
Pengangkatan keduanya menurut Elbaradei hanya akan memperkokoh militer di negeri itu.
“Pemilihan Ahmad Shafiq sebagai perdana menteri baru bukanlah solusi, bahkan langkah itu malah memperkokoh perspektif militer dalam sistem.”
Para demonstran juga menganggap tak ada perubahan berarti dengan pemilihan kedua tokoh tersebut.
“Ia juga sama dengan Mubarak, tidak ada perubahan,” kata seorang pemrotes kepada Reuters di luar kantor Kementerian Dalam Negeri, tempat ribuan pengunjuk rasa berkumpul.
Sementara itu, dalam sebuah situsnya hari Sabtu sebagaimana dikutip IRNA, kelompok partai oposisi yang paling banyak dianiaya dan didholimi Mubarak, Al Ikhwan Al Muslimun menyatakan dukungannya terhadap kelanjutan demonstrasi hingga Mubarak menyatakan turun dan bergantinya rezim baru. *
Foto: Umar Sulaiman, bersama Menhan Israel, Shaul Mofaz/bbc