Hidayatullah.com—Anggota tentara Jerman yang terdaftar sebagai pengungsi Suriah telah ditangkap polisi atas tuduhan berencana melancarkan serangan dengan senjata api.
Pelaku berencana melancarkan makar, agar pengungsi Suriah di Jerman bisa menjadi kambing hitam dan sasaran.
Letnan berusia 28 tahun bernama Franco A ini menjalani kehidupan ganda dengan menyamar sebagai pengungsi yang akan lancarkan serangan teror.
Skandal meluas setelah tersangka diketahui sejak lama memiliki pandangan ekstrim kanan.
Berprofesi tentara, ayah Franco A berasal dari Italia dan ibunya Jerman, menyamar menjadi penjual buah asal Damaskus bernama “David Benjamin” yang beragama Katolik, keturunan Yahudi, dan melarikan diri dari ISIS.
Polisi menangkap Franco A di kamp pelatihan militer dekat Hammelburg, kota kecil di negara bagian Bayern Rabu (26/04/2017) malam.
Ia diketahui bergabung dengan militer Jerman-Bundeswehr 8 tahun yang lalu dan telah melewati pemeriksaan keamanan secara rutin.
Bersamaan dengan penangkapan Franco A., polisi merazia apartemen temannya, mahasiswa teknik industri Matthias F. (24 tahun). Keduanya berkomuniksi via SMS untuk menjadikan pencari suaka dan muslim sebagai target serangan teror. Di apartemen Mathias, petugas menemukan granat dan dinamit.
Di hari yang sama, aparat menangkap pria jerman kedua, seorang mahasiswa dan rekan dari pelaku. Ia ditangkap atas kepemilikan flare dan objek lain yang melanggar aturan kepemilikan senjata dan bahan peledak.
Prajurit yang menyamar jadi pengungsi itu pernah ditahan sementara di sebuah bandara Wina pada Februari. Ketika itu, ia mencoba mengambil sebuah senjata api tanpa lisensi di toilet bandara.
Investigasi polisi mengungkap fakta bahwa pelaku menciptakan identitas palsu sebagai pengungsi Suriah pada 2015. Ia mendaftarkan diri untuk tinggal di kamp pengungsi dan bahkan mengajukan permohonan suaka.
Baca: Eropa Tak Seperti Dibayangkan, Pengungsi Suriah Memilih Pulang
Skandal meluas, setelah majalah berita Der Spiegel melaporkan, tersangka mengekspresikan pandangan ekstrim kanannya pada makalah akademis 2014, namun tidak mendapat hukuman disipliner. Dinas intelijen militer Jerman MAD saat ini sedang menginvestigasi anggota Bundeswehr yang dituduh mendukung aliran ekstrim kanan.
“Kami bisa mentolerir banyak hal, tetapi tidak memberi toleransi bagi pandangan ekstrimisme politik, ekstrim kanan, atau ektrimis bermotivasi agama,” ujar Menteri Pertahanan Jerman Ursula von der Leyen kepada stasiun TV ZDF, dikutip DW.
Permohonannya sebagai pengungsi disetujui, walau tidak bisa berbahasa Arab, Ia mendapat fasilitas tempat tinggal dan uang tunjangan bulanan dari pemerintah Jerman.
Pejabat dari Partai Hijau Irene Mihalic menyerukan adanya investigasi untuk menentukan apakah “kelompok sayap kanan di Jerman sedang merencanakan sesuatu yang akan merugikan nama pengungsi.”
Jerman telah menerima lebih dari satu juta pencari suaka sejak 2015. Banyak dari mereka berasal dari Suriah, Iraq dan Afghanistan.*