Sambungan artikel PERTAMA
Pemerintah mengatakan sedang menyelidiki adanya kemungkinan staf organisasi non-pemerintah internasional terlibat saat kelompok itu mengepung dan memblokade sebuah desa pada bulan Agustus.
Menyusul pernyataan tersebut, seorang reporter lokal di kota Buthidaung mengatakan kepada Reuters bahwa dia telah melihat hampir 100 staf agen bantuan internasional meninggalkan kota dengan kapal cepat.
Pemerintah juga memposting ulang foto kemasan biskuit dengan logo Program Pangan Dunia (WFP) di atasnya yang menurutnya ditemukan di sebuah kamp pada bulan Agustus.
WFP mengatakan bahwa pihaknya melakukan penanganan serius terhadap tuduhan pengalihan makanan tersebut. Juga menambahkan bahwa pihaknya telah meminta rincian tentang biskuit tersebut dari pihak berwenang, namun belum pernah mendengarnya kembali.
“Mengingat situasi di lapangan, PBB di Myanmar telah memutuskan untuk memindahkan sementara para staf non-kritis dari Maungdaw,” kata PBB. Merujuk pada sebuah kota besar lain di Rakhine utara, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Tanah Tak Bertuan
Etnis Muslim Rohingya telah bertahun-tahun menjalani kondisi layaknya kelompok apartheid di Myanmar barat laut. Mereka ditolak kewarganegaraannya dan menghadapi pembatasan gerakan yang parah. Banyak umat Buddha Myanmar menganggap mereka sebagai imigran gelap dari Bangladesh.
Baca: Militer Myanmar Lakukan Pemerkosaan terhadap Wanita Rohingya
Pemerintah Myanmar meminta warga sipil Rohingya untuk bekerja sama dengan pasukan keamanan dan mengatakan bahwa mereka yang tidak terkait dengan pemberontak tidak akan terpengaruh.
Pemerintah juga menyalahkan Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA), yang dianggap menghasut serangan Oktober dan mengaku bertanggung jawab atas serangan terbaru, sebagai sebuah organisasi “teroris” setelah serangan tersebut.
Pada hari Ahad, pemerintah juga mengindikasikan bahwa pihaknya mungkin akan mengambil tindakan terhadap media yang menyebut kelompok tersebut “pemberontak” dan bukan “teroris” sesuai dengan penunjukan pemerintah.
Di tanah tak bertuan dekat Gumdhum, Bangladesh, puluhan wanita Rohingya yang mengenakan burqa, duduk di bawah beberapa lembar plastik hitam yang melindungi mereka dari sinar matahari yang menyengat.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Sejumlah pria Rohingya berlari ke daerah yang tidak berpenghuni antara kedua negara setelah beberapa tembakan senjata terdengar di sisi Myanmar.
Pejabat penjaga perbatasan Bangladesh mengatakan bahwa mereka menyediakan makanan dan minuman kepada etnis Rohingya, namun tidak ada yang akan membiarkannya masuk.
Etnis Muslim Rohingya telah melarikan diri dari Myanmar ke Bangladesh sejak awal 1990-an dan sekarang ada sekitar 400.000 orang di negara tersebut, di mana mereka menjadi sumber ketegangan antara kedua negara yang menganggap keduanya sebagai warga dari negara lain.*/Khawlah bint al-Azwar