Hidayatullah.com—Indonesia ingin memberi sumbangan dalam sains dan teknologi di dunia Islam melalui pendirian universitas Islam internasional.
“Salah satu bentuk kontribusi Indonesia dalam sains dan teknologi di dunia Islam yang disampaikan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) adalah Indonesia akan membangun Universitas Islam Internasional yang menekankan pada moderasi, penghormatan terhadap keragaman, dan pelestarian budaya kita sendiri yang merupakan pijakan penting untuk menumbuhkan sarjana muslim moderat yang dapat memberikan kontribusi positif bagi umat dan masyarakat,” demikian pernyataan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Puan Maharani saat mendampingi Wakil Presiden (Wapres) Republik Indonesia, Muhammad Jusuf Kalla di pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) OKI pertama tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang diselenggarakan di The Palace of Indepedence, Astana, Kazakhstan, Ahad (10/09/2017).
Rangkaian acara KTT OKI telah dimulai sejak tanggal 8 September 2017 lalu melalui pembahasan pejabat tinggi 56 negara anggota OKI. Tercatat sekitar 20 Kepala Negara/Pemerintahan, Raja, dan Wakil Presiden dari negara OKI hadir pada KTT OKI ini, termasuk Presiden Turki selaku Ketua OKI periode 2016-2019, dan Presiden Pakistan selaku Ketua Standing Commitee OKI mengenai Optek/COMSTECH. KTT yang mengambil tema ‘Science, Technology, Innovation and Modernization of the Muslim world’.
Baca: Tingkatnya Perdagangan, Wapres JK Juga Minta WNI di Kazakhtan Promosi Indonesia
Sementara itu, saat menyampaikan pernyataan Pemerintah Indonesia pada KTT OKI, Wapres Jusuf Kalla menekankan pentingnya menciptakan kerjasama erat antar center of excellence bidang iptek dan inovasi yang saling terintegrasi di antara negara OKI untuk berbagi hasil kegiatan riset dan pengembangan bidang iptek tersebut.
Indonesia juga mendorong seluruh negara OKI terus mengembangkan Iptek dan Inovasi yang perlu dimulai sejak pendidikan dasar dan juga disertai dengan penguatan kurikulum iptek dan pengembangan budaya iptek (science culture) sejak usia dini.
Selain itu, seluruh negara OKI harus terus mengarustamakan (mainstreaming) iptek dan inovasi di dalam kebijakan dan strategi nasionalnya masing-masing.
Lebih lanjut, Wapres Jusuf Kalla menyerukan agar seluruh negara anggota OKI memperkuat kerjasama saling berbagi pengalaman, baik antar negara OKI maupun dengan negara lain serta berbagai pemangku kepentingan lainnya.
Wapres Jusuf Kalla menutup sambutannya dengan penekanan khusus bahwa seluruh negara OKI perlu kembali memajukan peran Islam dalam pengembangan aspek iptek dan inovasi untuk kesejahteraan umat manusia secara keseluruhan. Hal ini merupakan realiasi nyata dari nilai utama Islam sebagai Rahmatan lil Alamiin.
Senada dengan Wapres Jusuf Kalla, Menko PMK Puan Maharani menegaskan bahwa hal yang harus segera dilakukan adalah memperkuat kerja sama di bidang pendidikan, pelatihan, dan riset.
Menurut Menko PMK lagi, riset, teknologi komunikasi, konstruksi, energi terbarukan yang berbasis limbah biomassa dan geotermal, riset pertanian serta kelautan di Indonesia sudah cukup maju dan bisa dikontribusikan dan terus dikembangkan dalam kerangka kerja sama Iptek negara-negara OKI.*