Hidayatullah.com–Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi hari Kamis (02/11/2017) mengunjungi daerah konflik di utara Arakan untuk pertama kalinya dan mengatakan pemerintah berencana mengembalikan ratusan ribu Muslim Rohingya yang lari dari pembersihan etnis.
San Suu Kyi dilaporkan tiba di bagian utara Rakhine, lokasi kekerasan yang selama ini menimpa etnis minoritas Muslim Rohingya.
“Penasihan Negara sekarang berada di Sittwe [ibu kota Rakhine] dan akan pergi ke Maungdaw dan Buthiduang juga. Ini akan menjadi perjalanan seharian,” tutur juru bicara pemerintah, Zaw Htay, kepada AFP.
Baca: Amnesti Internasional: Aung San Suu Kyi Sembunyikan Kepalasanya di Pasir
Pemimpin de facto Myanmar ini tiba di Rakhine pertama kalinya sejak kekerasan meletus di negara bagian itu pada 25 Agustus 2017 lalu.
Suu Kyi mengunjungi Ibu Kota Rakhine, Sittwe dan kota-kota lain di negara bagian itu selama satu hari tanpa pemberitahuan sebelumnya.
Seorang wartawan Reuters melihat Suu Kyi naik helikopter militer di Sittwe pada Kamis pagi waktu setempat. Dia didampingi sekitar 20 orang.
Aung San Suu Kyi mendapat kritik tajam dari masyarakat internasional tentang menghentikan kekerasan dan menghukum mereka yang bertanggung jawab.
Baca: Akibat Isu Rohingya: Universitas Oxford Copot Gambar San Suu Kyi
Suu Kyi baru-baru ini menguraikan sebuah rencana baru untuk mengakhiri konflik dan membangun lebih banyak di Rakhine.
Dia mengatakan hal ini akan dilakukan oleh pemerintah sipil, bekerja sama dengan kelompok bisnis lokal dan donor asing.
Namun, badan bantuan internasional masih belum diizinkan mengakses secara penuh ke daerah-daerah yang terkena kekerasan, kutip BBC.
Dan belum ada kesepakatan dengan pemerintah Bangladesh mengenai bagaimana cara memulangkan pengungsi Rohingya.
Dalam sebuah pidato pada bulan September, Suu Kyi mengutuk pelanggaran hak asasi – tapi tidak menyalahkan tentara atau mengutarakan tuduhan pembersihan etnis.
San Suu Kyi mendapat kecaman dunia internasional karena tidak menghentikan aksi militer terhadap Muslim Rohingya, yang dituduh sebagai aksi pembersihan etnis.
Sekitar 600.000 orang Rohingya telah melarikan diri ke Bangladesh sejak 25 Agustus dan diperkirakan lebih 3000 orang tewas akibat aksi kejam militer Myanmar dan aktivis radikal Buddha.*