Hidayatullah.com–Satu-satunya calon Presiden Mesir yang diprediksi mampu menantang posisi Presiden Abdul Fattah al-Sisi, Sami Anan ditangkap hari Selasa kemarin, sehari setelah mengumumkan akan bertanding dalam Pemilihan Umum 2018 mendatang.
Pernyataan resmi aparat yang dikutip media lokal menyatakan Anan, yang pernah menjabat sebagai Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Mesir tahun 2005 dan 2012, telah melakukan “pelanggaran dan kejahatan” termasuk pemalsuan dokumen dan “hasutan melawan angkatan bersenjata”, demikian dikutip laman nytimes.
Militer Mesir belum memberikan komentar mengenai dugaan penahanan tersebut. Begitupun dengan Kementerian Dalam Negeri Mesir yang masih diam.
Anan ditangkap saat melewati daerah Nasr City di Kairo, kata anaknya Samir. “Mereka memaksanya keluar dari mobilnya, membawanya ke sebuah van dan pergi,” kata Samir melalui sambungan telpon kepada The New York Time.
Anan adalah mantan pejabat tinggi kedua yang dilarang untuk “melawan” Sisi dalam Pemilu Mesir. Anan sebelumnya menyatakan bahwa dia ingin menyelamatkan Mesir dari “kebijakan yang salah” dan dipandang sebagai lawan yang imbang untuk menantang Sisi dalam pemilihan presiden.
Pengacara dan juru bicara Anan, Mahmoud Refaat, mengatakan bahwa tuduhan tersebut adalah sebuah kebohongan dan apa yang dilakukan adalah sebuah kejahatan.
“Pernyataan yang dibuat oleh pihak militer berasal dari kantor Sisi, bukan dari anggota militer sesungguhnya. Ini adalah murni kebohongan, Tuan Anan adalah kandidat terkuat dan pilihan pertama orang Mesir, jadi rezim tersebut menangkapnya,” tukas Refaat.
“Rezim Mesir mencoba membuat semua orang menjadi teroris,” tambahnya yang khawatir keselamatan Anan dan percaya mantan pejabat militer itu menghadapi ancaman.
Baca: Al Sisi terpilih jadi presiden Mesir dari Pemilu yang Lesu
Dia mengatakan tiga hari yang lalu, al-Sisi mengancam siapapun yang mengumumkan bahwa mereka akan bertarung dan dituduh terlibat dalam korupsi, akan dibunuh.
Sami Anan menjabat sebagai Kepala Staf sampai tahun 2012, di bawah kepemimpinan mantan Presiden Mohammad Mursi dari faksi Ikhwanul Muslimin.
Namun, Mursi dan sejumlah jajaran kabinetnya –termasuk Anan– dikudeta oleh kelompok pro-presiden Mesir yang kini menjabat, Abdul Fattah Al Sisi.*