Hidayatullah.com–Juru bicara Presiden Turki Ibrahim Kalin menegaskan bahwa umat Islam di dunia saat ini ditampikan sebagai ‘ancaman terbesar’ setiap hari.
Hal itu ia sampaikan saat berkunjung ke Ibu Kota Bosnia dan Herzegovina Sarajevo, di mana dia memberikan ceramah berjudul “Hubungan Islam-Barat di Abad 21” di Fakultas Ilmu Politik di Universitas Sarajevo.
Kalin menyampaikan apa yang dia lihat sebagai pola persepsi umum tentang Islam dan Muslim.
“Ketika seorang Muslim menghasilkan sesuatu yang indah, pasti diambil dari tempat lain, dan menurut pandangan mereka, umat Islam tidak memiliki kecerdasan, kapasitas, dan karya ini diambil dari seni Kristen, seni Yahudi, seni Afrika atau Seni india. Ini adalah persepsi dan pola berpikir yang salah. Negara-negara Muslim bukanlah negara terkaya di dunia.Negara-negara ini tidak memiliki tentara terbesar di dunia. Mereka tidak menghasilkan senjata pemusnah massal. Negara-negara Muslim tidak memiliki teknologi militer yang paling maju tapi entah bagaimana, umat Islam diwakili setiap hari sebagai ancaman terbesar,” kata Kalin dikutip dari Anadolu Agency.
Baca: Dunia Diam Atas Kekerasan di Myanmar adalah Gambaran Memalukan
Kalin mengatakan bahwa negara-negara Barat sebagian besar bertanggung jawab atas karakterisasi ini.
“Mereka memiliki tentara terbesar di dunia, mereka mengendalikan ekonomi dunia, ada senjata pemusnah massal, bom atom dan senjata kimia, itulah perbedaan antara perspektif dan kenyataan,” kata Kalin.
Kalin mengatakan bahwa ada keragaman luar biasa yang telah diciptakan Allah dari warna ras, etnisitas hingga budaya, gagasan dan perspektif.
“Kita bisa mencegah perang yang tidak perlu jika kita bisa menjaga keseimbangan antara kesatuan dan keragaman,” kata Kalin.
Kalin mengatakan bahwa Islam dan masyarakat Barat tidak harus saling bertentangan satu sama lain dan bisa saling belajar satu sama lain.
Dia menambahkan bahwa Sarajevo bisa menjadi model dalam pengertian ini.
“Inilah yang paling saya rasakan ketika datang ke Sarajevo, saya harap ini akan menjadi lebih nyata daripada mimpi,” kata Kalin.
Kalin juga menghadiri sebuah panel tentang “Masa Depan Islam dan Muslim di Eropa di Axis Andalusia dan Bosnia-Herzegovina” yang diselenggarakan oleh Universitas Internasional Sarajevo.
Berbicara di panel, Kalin menyinggung serangan genosida di Srebrenica yang dilakukan oleh pasukan Serbia Bosnia, di mana lebih dari 8.000 Muslim dibunuh.
“Jika Muslim Bosnia masih bisa tetap tinggal sebagai bagian dari Eropa 20 tahun setelah genosida Srebrenica, itu berarti masih ada harapan. Kita perlu membantu mereka sebagai orang Eropa, Turki atau orang lain untuk mendirikan Andalus baru di Bosnia dan Herzegovina,” kata Kalin.
Andalusia di Semenanjung Iberia berada di bawah pengaruh orang-orang Arab antara tahun 711-1492. Hal ini juga dikenal sebagai Muslim Spanyol. Al-Andalus adalah wilayah Muslim abad pertengahan yang dianggap toleran dimana juga tinggal Yahudi dan Kristen serta populasi Slavia yang besar.*/Sirajuddin Muslim