Hidayatullah.com–Sejumlah foto-foto terbaru yang diambil dari udara memperlihatkan rumah-rumah warga Rohingya di Rakhine telah rata digilas bulldozer militer Myanmar.
Hal ini meningkatkan kekhawatiran banyak pihak bahwa pemerintah Myanmar tengah merencanakan penghapusan sejarah kelompok minoritas Muslim di wilayah itu.
Aktivis hak asasi manusia telah menekankan bahwa penghancuran sistematis ratusan desa, masjid dan properti umat Islam secara efektif memutus hubungan Rohingya dengan tanah leluhur mereka, tulis Channel News Asia.
Kelompok minoritas Muslim tidak diakui sebagai kelompok etnis di Myanmar dan telah menghadapi penganiayaan selama beberapa decade. Banyak pihak khawatir, kasus terbaru ini sebagai dorongan untuk menyingkirkan Rohingya selamanya.
Baca: Pertama Kali Militer Myanmar Akui Bunuh Muslim Rohingya
Foto-foto tersebut, diunggah lewat akun Twitter Duta Uni Eropa untuk Myanmar, Kristian Schmidt, di mana memperlihatkan kawasan yang hancur di tengah petak tanah yang luas. Foto ini diambil pada tanggal 9 Februari lalu.
Desa-desa yang awalnya dibakar dalam serangan militer Myanmar, kini terlihat rata oleh bulldozer, tanpa bangunan dan bahkan pohon-pohon.
Pegiat Arakan Project, Chris Lewa, yang telah bekerja bertahun-tahun dengan warga Rohingya di Rakhine state, melaporkan bahwa “warga Rohingya terkejut melihat desa-desa mereka diratakan.”
“Warga Rohingya memiliki perasaan bahwa mereka (militer) mencoba menghancurkan jejak terakhir kehadiran mereka di kawasan,” tambah Lewa.
Kelompok korban persekusi itu juga ketakutan jika di musim hujan yang akan datang, tanda-tanda kehidupan masa lalu mereka akan habis tak bersisa.
Meskipun begitu, Menteri Kesejahteraan Sosial Myanmar, Win Myat Aye, mendukung penghancuran tersebut. Menurutnya, perataan dengan bulldozer merupakan bagian dari rencana untuk “membangun kembali” desa-desa Rohingya dengan standar lebih tinggi dari sebelumnya.
“Kami mencoba membuat rencana pembangunan desa yang baru,” kata sang menteri. “Ketika mereka kembali, mereka bisa tinggal di tempat asal mereka…”
Sedangkan menurut seorang pejabat HAM PBB, upaya seperti itu sebetulnya bertujuan untuk “menghilangkan tempat-tempat penting dalam geografi Rohingya secara efektif.”
Tuduhan kampanye sistematis untuk menyingkirkan Rakhine dari sejarah Rohingya bukanlah hal baru. Tahun lalu, kantor Hak Asasi Manusia PBB menuduh Myanmar sedang melakukan upaya untuk menghapus secara efektif hal-hal yang berkaitan dengan Rohingya
Sementara itu, pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi, sampai kini terus menghalangi wartawan atau pejabat PBB yang ingin datang untuk menginvestigasi situasi di Rakhine.
Pemerintahnya juga mencegah badan-badan kemanusiaan mengirimkan makanan, air, dan obat-obatan ke pengungsi Rohingya.
Hampir 700 ribu Rohingya telah meninggalkan negara bagian Rakhine Myanmar ke Bangladesh sejak serangan gerilyawan memicu tindakan keras militer. PBB telah menyebut tindakan Myanmar sebagai pembersihan etnis.*