Hidayatullah.com—Aliansi politik yang diketuai tokoh Syiah Muqtada al-Sadr memenangkan kursi parlemen Iraq. Meski demikian, ia tak bisa menjadi perdana menteri karena tak mencalonkan diri dalam Pemilu.
“Tetapi, kemenangan aliansi partainya menempatkan dia dalam posisi yang sangat kuat mengendalikan parlemen,” tulis Aljazeera, Sabtu, (19/05/2018).
Hasil penghitungan suara yang dikeluarkan Komisi Pemilihan Iraq hari Sabtu 12 Mei 2018 mengumumkan, aliansi partainya meraup 54 kursi di parlemen.
Baca: Tokoh Syiah Unggul Pemilu Iraq, Iran Kirim Komandannya
Koalisi Al-Fatih -dipimpin oleh pasukan Syiah pendukung pemerintah Hashd al-Shaabi- menduduki posisi kedua dengan perolehan 47 kursi.
Sementara Koalisi Perdana Menteri Haidar al-Abadi Nasr menduduki posisi ketiga dengan perolehan 42 kursi dari 328 total kursi parlemen.
Baca: Putra Mahkota Arab Saudi Terima Tokoh Syiah Iraq Moqtada Al-Sadr
Koalisi Al-Sadr tidak memenangi mayoritas suara yang diperlukan untuk dapat membentuk pemerintahan sendiri. Namun Kolisi Al-Sadr akan memainkan peran utama dalam pemilihan perdana menteri.
Al-Sadr dikenal memusuhi Amerika Serikat (AS) dan keberadaan pasukan militer AS di Iraq. Juga mendesak sekutu Iran, Bashar al Assad mundur akibat hancurnya Suriah.
Dalam pidato kemenangannya di depan pendukung, Sadr mengatakan, dia berjanji membantu kaum miskin dan membangun sekolah serta rumah sakit di Iraq.
Hasil pemilu tanggal 12 Mei itu telah tertunda untuk menentukan apakah sistem pemilihan elektronik yang digunakan dalam Pemilu itu cacat.*