Hidayatullah.com– Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar (OIAA) Cabang Indonesia menyikapi kasus persekusi, intimidasi, ancaman, dan upaya pembatalan terhadap dakwah dai kondang Ustadz Abdul Somad (UAS) yang marak terjadi belakangan ini.
Sebagai organisasi yang menghimpun alumni Al-Azhar di seluruh Indonesia, OIAA merasa perlu memberi sejumlah penjelasan terkait UAS.
Baca: UAS Dipersekusi, Alumni Mesir Minta Aparat Tegakkan Hukum
OIAA menyatakan, UAS merupakan salah satu putra terbaik bangsa Indonesia alumni Universitas Al-Azhar di Mesir.
“Dalam menjalankan dakwahnya, UAS seperti halnya dai dan ulama alumni Al-Azhar pada umumnya, berpegang teguh pada ajaran Islam yang benar sesuai paham Ahlusunnah wal Jamaah dengan selalu mengedepankan semangat wasathiyat al-Islam (moderasi Islam),” ujar Ketua Umum OIAA TGB M Zainul Majdi di Jakarta dalam pernyataannya kemarin diterima hidayatullah.com.
Baca: Disambut Tokoh Riau di Pekanbaru, UAS Tegaskan Cinta NKRI
OIAA menjelaskan, melalui materi-materi dakwahnya, baik yang disebarluaskan melalui media-media sosial maupun yang dilakukan langsung di sejumlah wilayah di Indonesia, UAS telah menunjukkan kiprahnya sebagai dai yang bukan hanya menyadarkan masyarakat tentang ajaran agama Islam yang benar.
“Tetapi juga memberikan pemahaman kebangsaan dan keindonesiaan,” imbuhnya dalam pernyataan bersama Sekjen OIAA Dr Muchlis M Hanafi.
UAS seringkali menyentuh masyarakat di desa-desa terpencil yang sulit dijangkau karena infrastruktur jalan yang belum terbangun dengan baik. “Yang jarang dilakukan oleh ulama atau dai yang lain,” imbuhnya.
Hal itu menunjukkan bahwa kepedulian UAS terhadap masyarakat pedesaan sangat besar.
“Dilihat dari perspektif apapun, UAS sudah terbukti berjasa dalam mengukuhkan nilai-nilai kebangsaan, nilai-nilai persatuan dan persaudaraan bangsa, di samping mengukuhkan nilai-nilai keislaman yang benar,” terangnya.
OIAA Indonesia berharap dan mengajak kepada semua pihak untuk bersama-sama menjaga persatuan, menjunjung tinggi nilai-nilai kebangsaan dan kebinekaan Indonesia, dan mengedepankan persaudaraan Islam. Hal itu demi menciptakan kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih kondusif.
“Kita tidak perlu memberi ruang sekecil apapun terhadap tindakan intimidasi, teror, dan tuduhan yang tidak berdasar,” pungkasnya.*