Hidayatullah.com—Putera Mahkota Kerajaan Arab Saudi, Mohammad bin Salman, atau lebih dikenal sebagai MBS, akan mengadakan pembicaraan dengan Emir Kuwait Sheikh Sabah al-Ahmad al-Jaber al-Sabah, guna membahas diplomasi dengan Qatar, tulis Kantor Berita Kuwait, KUNA.
Menurut KUNA, Pangeran Mohammad Bin Salman mengunjungi Kuwait hari Sabtu, dimana akan membahas mediasi Kuwait untuk menyelesaikan konflik kerajaan Saudi dengan tetangganya Qatar.
“MBS, akan mengadakan pembicaraan dengan Emir Kuwait Sheikh Sabah al-Ahmad al-Jaber al-Sabah, “ tulis Kantor Berita Kuwait dalam sebuah tweet.
KUNA gagal menentukan rincian perundingan, namun seorang pejabat Arab Teluk mengatakan kepada Reuters bahwa konflik dengan Qatar akan menjadi agenda.
Empat Negara Teluk (Arab Saudi, UEA, Bahrain dan Mesir) telah meluncurkan blokade kepada Qatar sejak Juni lalu, dengan memutus hubungan diplomatik dengan Doha dan menghentikan jalur udara, laut dan darat ke Negara Teluk.
Blok yang dipimpinan Arab Saudi menuduh Qatar mendukung “terorisme” dan terlalu dekat dengan rival mereka, Iran, meski Doha berkali-kali membantah tuduhan itu, dan menambahkan perselisihan itu akibat ‘serangan’ terhadap kedaulatan dan kebijakan luar negerinya yang independen.
Sheikh Sabah al-Ahmad al-Jaber al-Sabah telah memainkan peran penting yang berusaha menengahi untuk menyelesaikan blokade terhadap Qatar oleh empat Negara Teluk.
Namun, upaya diplomatik yang dipimpin Kuwait untuk meredakan krisis telah gagal karena kerasnya sikap Arab Saudi.
Awal bulan ini, pemerintah Kuwait melakukan perjalanan ke Washington guna melakukan pembicaraan tingkat tinggi dengan Presiden AS Donald Trump, tulis KUNA, dimana laporan mengatakan, krisis Teluk kemungkinan akan menjadi topik utama diskusi antara kedua pemimpin.
Alih-alih Donald Trump secara terbuka sudah memihak Arab Saudi dan UEA ketika perselisihan dimulai, dia telah mendorong resolusi untuk krisis dalam rangka mempertahankan front persatuan di kawasan itu guna melawan Iran.
Bulan Juli lalu, AS mengumumkan akan mengadakan pertemuan puncak dengan semua pihak di musim gugur.
“Kami ingin membangun ke titik di mana akan ada pertemuan dari semua kepala negara … mungkin September atau mungkin Oktober”, kata Ryan Gliha, Kuasa Usaha AS di Doha, mengatakan dalam sebuah tweet.*