Hidayatullah.com–Pada tahun 2016, Rajesh Raut mulai mengemudikan taksi Uber di kota Mumbai, India. Dia berharap bisa memperoleh pendapatan lebih dari $215, di atas penghasilannya sebulan dari membuat dan menjual roti pipih di pinggir jalan.
Berkat tawaran insentif uang yang disodorkan Uber, penghasilan Raut meroket hingga $1.280 sebulan. Dengan uang sebanyak itu dia bisa mencicil mobil dan menyewa rumah, serta mengirimkan sebagian uangnya untuk keluarga di kampung.
Akan tetapi, Uber kemudian memangkas insentif yang diberikannya. Pendapatan Raut melorot menjadi sekitar $540 sebulan tahun ini, dan dia kesulitan membayar cicilan mobil taksinya.
Setelah mengalami kecelakaan, Raut tidak sanggup membayar ongkos perbaikan mobil, akhirnya dia memutuskan untuk berhenti dari Uber. Sekarang dia berpenghasilan $200 sebulan sebagai sopir truk.
“Tidak ada untungnya menjadi sopir Uber … Hidup saya jauh lebih baik sebagai tukang masak,” kata Raut, pria berusia 26 tahun.
Sejumlah mantan eksekutif Uber India mengatakan bahwa insentif dipangkas tajam di awal 2017 karena ada tekanan dari kantor pusat di Amerika Serikat yang menginginkan agar performa finansial perusahaan terlihat baik menjelang penawaran saham perdana ke publik (IPO), yang diharapkan nilainya mencapai $90 miliar. Uber akan melakukan IPO di Wall Street hari Jumat ini (10/5/2019).
Dalam wawancara dengan penduduk metropolis India di Mumbai, New Delhi dan Bangaluru, lebih dari 35 sopir Uber menyatakan ketidakpuasannya dengan perusahaan transportasi online itu, lapor Reuters Rabu (8/5/2019).
Menumpuknya utang cicilan taksi merupakan kekhawatiran terbesar mereka. Banyak sopir yang mengambil kredit untuk membeli mobil yang dipakainya sebagai taksi, sementara sebagian lain menyewanya.
Banyak dari sopir Uber di India yang memiliki pendapatan lebih baik dibanding jenis pekerjaan kerah biru lainnya. Pasalnya, upah minimum nasional India hanya $2,50 sehari.
“Kami tidak mendadak kaya, meskipun pekerjaan ini bisa menghidupi kami,” kata Prakash KC, yang mendapatkan sekitar 38.000 rupee ($548) sebulan hasil mengemudi taksi Uber di kota Bangaluru.
Uber saat ini beroperasi di 40 kota di India. Pengguna Uber di negara itu diperkirakan mencakup 11 persen dari pengguna Uber global.
Uber mulai berbisnis di India pada tahun 2013, tiga tahun setelah rival lokalnya Ola meluncurkan layanannya. Kedua perusahaan itu sama-sama disokong lembaga keuangan asal Jepang Softbank Group Corp. Ola, yang beroperasi di 125 kota di India, tahun lalu mengatakan akan melakukan IPO dalam waktu empat tahun.
Baik Ola maupun Uber berusaha menarik minat sopir untuk bekerja bersama mereka dengan tawaran insentif uang tunai dan memberikan tarif super murah bagi penggunanya ketika mereka baru mulai beroperasi.
Dulu di masa-masa awal, tidak jarang pengemudi Uber membanggakan pendapatannya yang bisa mencapai 100.000 rupee sebulan, atau sama dengan gaji umumnya eksekutif junior perusahaan multinasional di India.
Pada Januari 2017, sebuah video yang dibuat perusahaan menampakkan sopir-sopir Uber memasuki sebuah hotel mewah di kota Chandigarh dengan sambutan sangat hangat. Petugas hotel tampak membukakan pintu-pintu mobil taksi mereka dan menyambut kedatangannya dengan penuh keramahan. Sopir-sopir Uber ditampakkan tersenyum bahagia duduk bersama keluarga mereka di sebuah balairung besar berhiaskan lampu-lampu gantung. Sebagian dari sopir-sopir itu menerima hadiah kejutan seperti iPhone, paket wisata atau mobil.
Akan tetapi, dalam semalam di awal tahun itu pula Uber langsung memangkas insentif yang diberikannya hingga 30 persen, kata tiga orang bekas eksekutif Uber India yang menolak disebutkan namanya.
RedSeer Consulting memperkirakan, insentif yang diterima para sopir dari perusahaan-perusahaan taksi online turun dari 60 persen di tahun 2015, menjadi hanya 18% tahun ini dari total booking yang didapat sopir.
Merananya, pemangkasan insentif itu berbarengan dengan kenaikan harga bahan bakar diesel, yang umum dipakai taksi di India, sebanyak 30%.
Bulan Oktober 2018, ratusan sopir menggelar aksi mogok di Mumbai dan New Delhi, menuntut kenaikan tarif menyusul kenaikan harga solar.
Hari Rabu kemarin (8/5/2019), sebagian pengemudi Uber di Amerika Serikat dan Inggris menggelar aksi mogok, memprotes apa yang mereka sebut sebagai upah rendah.
Seorang jubir Uber mengatakan kepada Reuters bahwa dalam rangka menandai momen IPO, Uber akan memberikan $300 juta kepada pengemudinya yang berjumlah lebih dari 1,1 juta. Uber mengatakan, bagi sopir di Amerika Serikat yang dinyatakan layak akan mendapatkan uang $100 sampai $10.000 berdasarkan berapa kali mereka mengantar penumpang.
Jubir Uber itu mengatakan bahwa sopir-sopir di India juga mendapatkan insentif itu, tanpa menyebut berapa jumlahnya.
Seorang sopir di New Delhi menunjukkan kepada Reuters di Uber app-nya bahwa dia mendapatkan hadiah $84, sementara seorang sopir di kota lain, Arvind Kumar, mendapat $165.
“Ada banyak sekali kesulitan, jumlah ini tidak ada artinya … semua mimpi saya buyar,” kata Kumar, yang sekarang menerima hanya setengah dari $1.432 sebulan yang didapatnya lima tahun silam. Akibat pendapatannya melorot, keinginannya untuk menyekolahkan anak-anaknya di sekolah swasta sulit terlaksana.*
Kurs:
1 USD sekitar 14.330 IDR
1 INR sekitar 205 IDR