Hidayatullah.com–Usulan pembangunan sebuah gereja katedral Orthodoks Rusia di Yekaterinburg memicu kemarahan warga setempat, ribuan orang turun ke jalan memprotes rencana itu selama beberapa hari terakhir.
Hari Kamis (16/5/2019), Wali Kota Alexander Vysokinskiy mengatakan proyek itu sudah ditangguhkan, beberapa jam setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan keinginan rakyat harus dipertimbangkan.
“Apabila rakyat menentangnya, opini tersebut harus dihormati,” kata Putin. “Sejumlah langkah harus diambil dari kedua belah pihak guna menyelesaikan masalah ini dari pandangan warga yang tinggal di sana.”
Putin menyarankan agar dilakukan survei, dan minoritas harus mengalah kepada mayoritas.
“Sebuah katedral harus membantu mempersatukan rakyat, bukan menyebabkan perselisihan,” imbuh Putin, seperti dilansir DW.
Unjuk rasa digelar sejak awal pekan ini di kota yang terletak di kawasan Pegunungan Ural berjarak sekitar 1.700 kilometer ke arah timur dari Moskow itu. Beberapa puluh demonstran ditangkap, 21 di antara mereka dikurung dalam bui selama dua sampai 10 hari karena tidak mematuhi instruksi polisi.
“Kita perlu membawa proses ini ke dalam kerangka yang beradab … kita tidak memerlukan bentrokan dan penangkapan,” kata Vysokinskiy, sementara para demonstran berteriak menuntut pengunduran dirinya.
Para pengunjuk rasa itu menentang rencana dua orang kaya lokal untuk membangun sebuah katedral di taman di pusat kota terbesar di Rusia itu. Pembangunan itu dimaksudkan sebagai pengganti dari sebuah katedral yang dihancurkan pasukan Soviet di tahun 1930. Penduduk setempat menilai proyek pembangunan akan merusak taman yang jarang terdapat di kota itu, yang biasa dipakai warga untuk berekreasi.
Kamis pagi, jubir kepresidenan Dmitry Peskov berbicara menentang “provokasi” dan “berita palsu” berkaitan dengan proyek pembangunan katedral dan memuji tindakan aparat hukum.
“Sepertinya ada orang-orang di Yekaterinburg yang memprovokasi pengunjuk rasa … dan wajar saja apabila hal itu mengundang respon selayaknya dari aparat keamanan,” kata Peskov.*