Hidayatullah.com–Perserikatan Bangsa-Bangsa menyeru agar semua pusat detensi pengungsi yang ada di Libya ditutup, karena tidak layak untuk menampung migran.
Seruan itu muncul hampir dua pekan setelah lebih dari 50 orang tewas ketika serangam udara meledakkan sebuah bangunan tempat penampungan pengungsi di ibukota Tripoli. Kebanyakan korban adalah orang Afrika yang ingin menyebrangi Laut Tengah guna mencari kehidupan baru di Eropa.
PBB menyebut fasilitas-fasilitas penampungan pengungsi dan migran di Libya “sangat buruk”, lansir BBC Ahad (14/7/2019).
Ribuan migran dan pengungsi ditampung di pusat-pusat detensi yang dikelola pemerintah dalam kondisi sangat mengenaskan di berbagai daerah di Libya.
Badan urusan pengungsi PBB mengatakan bahwa fasilitas-fasilitas itu seharusnya ditutup segera, penghuninya dibebaskan dan diperbolehkan tinggal di daerah sekitar. UNHCR mengatakan siap untuk memberikan dukungannya di sana.
Sekitar 120 migran berada di dalam hangar di Pusat Detensi Tajoura ketika dihantam serangan udara pada 3 Juli. Anak-anak dan wanita termasuk dalam 50 korbam tewas.
Pemerintah Libya dukungan PBB yang dipimpin Perdana Menteri Fayez al-Sarraj menuding pasukan Libyan National Army (LNA) pimpinan Jenderal Khalifa Haftar sebagai pelaku serangan.
Namun, LNA mengatakan bahwa pihaknya kala itu menyerang sebuah kamp pasukan pemerintah dekat pusat detensi.Pasukan pro-pemerintah lantas membalas dengan tembakan misil-misil yang di antaranya menyasar hangar tersebut.*