Hidayatullah.com—Menteri Hubungan Internasional Afrika Selatan menyeru agar negara-negara di benua Afrika menata masalah migrasi lebih baik.
Komentar Naledi Pandor itu dikemukakan di tengah-tengah maraknya aksi penjarahan dan kekerasan oleh warga Afrika Selatan terhadap para pendatang asing dari negara Afrika lain.
Dua belas orang terbunuh awal bulan ini ketika gerombolan masa yang marah menjarah dan merusak tempat-tempat usaha milik orang asing, terutamanya di wilayah Johannesburg.
Sepuluh korban merupakan orang Afrika Selatan dan dua orang asal Zimbabwe.
Presiden Cyril Ramaphosa mengatakan kepada BBC bahwa dirinya merasa malu dengan kekerasan xenofobia tersebut.
“Kami sangat prihatin dan tentu saja sebagai bangsa kami malu disebabkan hal ini bertentangan dengan etos yang menjadi dasar negara Afrika Selatan,” kata Ramaphosa.
Namun untuk menyelesaikan masalah itu, Naledi Pandor berpendapat bahwa hal itu bukan tanggung jawab Afrika Selatan semata-mata.
Dilansir BBC Sabtu (21/9/2019), berbicara kepada para perwakilan migran politisi wanita itu mengatakan bahwa pemimpin-pemimpin Afrika seharusnya tidak memperburuk kondisi di negara masing-masing, dan tidak berharap negara lain yang akan mengatasi masalah migrasi yang ditimbulkan oleh masalah domestik tersebut.
“Kita perlu bicara tentang peran yang dimainkan negara pengirim dan negara transit dalam membantu negara-negara penerima (migran) seperti Afrika Selatan, Kenya, Uganda dan banyak negara lain, dan tentang bagaimana membantu mereka dalam mengatasi masalah keimigrasian agar jauh lebih efektif,” kata menteri wanita itu dalam pertemuan African Diaspora Forum di Pretoria.
Afrika Selatan menjadi magnet bagi para migran dari berbagai belahan Afrika, sebab merupakan negara yang terbesar dan paling maju perekonomiannya di benua itu.
Akan tetapi, Afrika Selatan sendiri menghadapi masalah pengangguran dan warga lokal merasa pendatang-pendatang asing merebut lahan pekerjaan mereka.
Orang-orang yang bermigrasi ke Afrika Selatan “cenderung miskin dan tidak memiliki keterampilan, seperti halnya jutaan orang kulit hitam di Afrika Selatan,” kata Pandor dalam wawancara di program BBC Hardtalk pekan lalu.
“Dan juga komunitas migran ini menggusur orang Afrika Selatan dari apa yang mereka pikir akan menjadi lowongan pekerjaan baru, dan akibatnya hal tersebut menyulut kemarahan,” imbuhnya.
Menurut Pandor, masalah itu dapat diatasi dengan pemberian pendidikan yang lebih baik sehingga prospek kerja warga Afsel akan semakin besar.*