Hidayatullah.com—Anggota masyarakat harus berhenti menggunakan rokok elektrik, terutama yang menggunakan bahan dari ganja yang mengandung tetrahydrocannabinol (THC). Demikian rekomendasi yang dirilis otoritas kesehatan Amerika Serikat hari Jumat (27/9/2019), menyusul penyelidikan atas sejumlah kasus kematian yang berkaitan dengan kebiasaan menggunakan rokok elektrik (vaping).
U.S. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di masa lalu pernah mengimbau konsumen agar tidak menggunakan rokok eletrik, tetapi rekomendasi teranyar ini fokus pada vaping yang menggunakan THC, lansir Reuters.
Menurut data mutakhir hari Kamis (26/9/2019), CDC dan otoritas kesehatan di negara-negara bagian bersama dengan lembaga kesehatan lain, sedang menyelidiki 805 masalah kesehatan yang dikonfirmasi dan diduga berkaitan dengan vaping, serta 12 kasus kematian.
Menurut hasil riset yang dirilis CDC hari Jumat, sebanyak 514 dari 805 pasien mengaku mengetahui zat yang terkandung dalam produk vaping yang mereka gunakan. Sekitar 77% pasien menggunakan cairan vape yang mengandung THC.
Selain itu, 56,5% pasien menggunakan nikotin dalam alat rokok eketriknya, dan 16% mengaku hanya menggunakan cairan vape berisi nikotin selama 30 hari sebelum tubuhnya menunjukkan gejala-gejala penyakit.
Data terpisah yang diperoleh dari otoritas di Wisconsin dan Illinois menunjukkan bahwa meskipun tak satu pun merek yang digunakan oleh seluruh pasien ada yang dilaporkan, tetapi dua pertiga pengguna vape mengaku menggunakan zat yang mengandung THC yang diberi merek “Dank Vapes”.
Sebuah hasil studi yang dipublikasikan New England Journal of Medicine awal bulan ini mendapati bahwa lebih dari setengah pasien dengan gangguan pada paru-paru di wilayah Wisconsin dan Illinois mengaku menggunakan vape bermerek “Dank Vapes”.*