Hidayatullah.com–Ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran memuncak pada Jumat setelah serangan udara AS membunuh Mayor Jenderal (Mayjen) Qassem Soleimani, Komandan Pasukan Elit Iran, Quds dan Jamal Jafaar Mohammad atau dijuluki Abu Mahdi al-Muhandis, wakil komandan milisi dukungan Iran dikenal sebagai Pasukan Mobilisasi Populer (PMF).
Pentagon mengkonfirmasi serangan tersebut, mengatakan itu datang “atas perintah presiden”.
Kematian Soleimani dan al-Muhandis adalah titik balik potensial di Timur Tengah dan diperkirakan akan balasan keras dari Iran dan pasukan yang didukungnya di wilayah itu terhadap kepentingan AS dan Israel.
Mantan komandan tinggi Iran Mohsen Rezaei mengatakan akan membalas dengan keras tindakan AS.
“Dia menyusul saudara-saudaranya yang syahid, tetapi kami akan membalas dengan keras Amerika,” Mohsen Rezaei, mantan komandan Garda Revolusi Iran yang saat ini sekretaris badan negara yang kuat itu, mengatakan dalam postingannya di Twitter.
Sementara Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menetapkan tiga hari berkabung, mengatakan pembunuhan Mayor Jenderal Soleimani akan menggandakan motivasi perlawanan terhadap Amerika Serikat dan Israel.
Menurut saluran televisi pemerintah Iran, Khamenei mengatakan pembalasan keras menunggu “para penjahat” yang membunuh Soleimani.
Pemimpin DPR Amerika Serikat dari Demokrat mengeluarkan pernyataan mengecam serangan udara yang diperintahkan Donald Trump yang membunuh Soleimani, menyebut presiden belum mendapatkan persetujuan Kongres.
“Prioritas tertinggi para pemimpin Amerika adalah untuk melindungi kehidupan dan kepentingan warga Amerika. Tetapi kita tidak bisa menempatkan nyawa prajurit Amerika, diplomat, dan lainnya semakin beresiko terlibat dalam tindakan yang provokatif dan tidak proporsional,” kata Nancy Pelosi dikutip Al Jazeera.
“Serangan udara malam ini beresiko memicu eskalasi kekerasan lebih lanjut yang berbahaya. Amerika – dan seluruh dunia – tidak bisa membiarkan ketegangan meningkat ke titik tidak bisa kembali,” tambahnya. “Pemerintah telah melancarkan serangan malam ini di Iraq yang menarget pejabat militer tingkat tinggi Iran dan membunuh Komandan Pasukan Quds Iran Mayjen Qassem Soleimani tanpa Otorisasi Penggunaan Kekuatan Militer (AUMF) terhadap Iran. Selanjutnya, tindakan ini diambil tanpa konsultasi dengan Kongres.”
Dia menyerukan pengarahan singkat tentang situasi ini.
Politisi Demokrat lain, Adam Schiff, mengatakan di Twitter, “Rakyat Amerika tidak menginginkan perang dengan Iran”.
Tokoh Syiah Libanon dan Sekjen Hizbullah Sayyid Hassan Nasrallah mengaku berduka da memberikan belasungkawa kematian Soleimani.
“Saya mengucapkan selamat kepada mereka dan menyampaikan belasungkawa atas kesyahidan Komandan Qassem Soleimani, yang memberikan tahun terakhir hidupnya dalam mendukung Irak dan rakyatnya dan membebaskannya dari pendudukan dan terorisme, sampai darahnya tumpah di tanah Irak, ” ujarya dikutip media Lebanon.

Minyak meroket
Harga minyak melonjak lebih dari 4 persen pada Jumat setelah berita kematian Soleimani.
Minyak mentah Brent naik hampir 3 Dolar AS pada 69.16 Doral AS per barel, nilai tertinggi mereka sejak 17 September, karena pasar khawatir Iran akan membalas pembunuhan jenderal tingginya dengan menyerang aset-aset AS dan sekutu mereka di Timur Tengah.
Soleimani adalah tokoh paling ditarget AS dan Israel setelah bertahun-tahun dipandang sebagai arsitek dari banyak kegiatan terorisme Iran di Timur Tengah, termasuk upaya untuk menempatkan pijakan di Suriah dan serangan roket ke Israel.
Beberaoa video yang viral di media sosial menunjukkan sebagian rakyat Irak bergembira dan merayakan tewasnya Qassem Soleimani dan Jamal Jafaar Mohammad.
Video yang beredar melalui twitter itu memperlihatkan massa membawa bendera berlari-lali di jalanan menyambut kematikan Soeleimani. *