Hidayatullah.com–Perdana Menteri Belanda hari Ahad (26/1/2020) untuk pertama kalinya menyampaikan permintaan maaf secara resmi atas nama pemerintah perihal keterlibatan mereka dalam persekusi Yahudi semasa Perang Dunia II.
“Oleh karena penyintas-penyintas terakhir masih ada di antara kita, hari ini saya atas nama pemerintah meminta maaf atas apa yang dilakukan otoritas pada masa itu,” kata Rutte seperti dilansir DW. “Pemerintah kami tidak bertindak sebagai penegak keadilan dan keamanan.”
Dari 140.000 orang Yahudi yang tinggal di Belanda pada masa itu, hanya 38.000 yang selamat dari Perang Dunia II. Akan tetapi, pemerintah Belanda tidak pernah mengakui peran mereka sendiri dalam memfasiliatsi persekusi Yahudi oleh pasukan Nazi Jerman.
Pada tahun 2000, perdana menteri Belanda kala itu Wim Kok meminta maaf atas “sambutan dingin” terhadap penyintas kamp konsentrasi Nazi ketika kembali ke Belanda. Namun, dia tidak menyampaikan apapun soal pengakuan kegagalan pemerintah dalam memberikan perlindungan terhadap mereka.
“Banyak sekali pegawai negeri sipil yang melaksanakan perintah dari penjajah (Nazi, red),” kata Rutte, usai mengikuti momen hening mengenang korban PD II pada malam peringatan ke-75 tahun pembebasan kamp Nazi di Auschwitz, Polandia.
“Tujuh puluh lima tahun setelah Auschwitz, anti-Semitisme masih ada di antara kita. Oleh karena itu kami mengakui secara penuh apa yang telah terjadi dan kami menyampaikannya secara terbuka,” kata PM Belanda Mark Rutte, politisi dari Partai Rakyat untuk Kebebasan dan Demokrasi.*