Hidayatullah.com—Presiden Burundi wafat setelah tiba-tiba jatuh sakit, yang diduga oleh sebagian pihak akibat terpapar Covid-19.
Penyebab kematian Pierre Nkurunziza disebut akibat serangan jantung dalam sebuah pernyataan pemerintah. Politisi berusia 55 tahun itu akan mengakhiri jabatannya pada bulan Agustus menyusul pemilihan umum bulan lalu.
Tidak jelas kapan pastinya dia wafat. Pernyataan pemerintah mengatakan dia seorang penggemar berat olahraga, menghadiri pertandingan bola voli pada hari Sabtu lalu jatuh sakit di malam harinya dan dibawa ke rumah sakit, lansir The Guardian Selasa (9/6/2020).
Kesehatan mantan pesepakbola itu sempat membaik pada hari Ahad, tetapi secara mengejutkan pada hari Senin pagi tanggal 8 Juni 2020 kondisinya tiba-tiba memburuk dan mengalami serangan jantung. Pernyataan itu menyebut kematian Nkurunziza “tidak terduga”dan meminta agar rakyat tetap tenang. Pemerintah menetapkan tujuh hari berkabung atas kematiannya.
Spekulasi Covid-19 sebagai penyebab kematian Nkurunziza mencuat sebab sebelumnya ada kabar, yang belum terkonfirmasi, bahwa istrinya diterbangkan ke ibu kota Kenya, Nairobi, sepuluh hari lalu setelah terjangkit coronavirus.
Semasa pandemi Covid-19, Nkurunziza menolak memberlakukan pembatasan di negara kecil dan miskin yang dipimpinnya itu. Acara-acara olahraga dan kerumunan politik boleh digelar. Dia memandang remeh pandemi Covid-19 di negara berpenduduk 11 juta jiwa, yang sejauh ini memiliki 83 kasus infeksi.
Burundi menjadi negara yang terisolasi secara politik setelah pada tahun 2015, ketika Nkurunziza memaksakan diri membuat keputusan untuk mencalonkan kembali sebagai presiden untuk periode ketiga. Tindakannya itu dikecam keras oleh oposisi karena dianggap bertentangan dengan kesepakatan damai yang mengakhiri perang saudara di negara itu.
Rakyat yang tidak setuju dengan tindakan Nkurunziza kemudian melakukan aksi protes, yang lantas dihadapi secara brutal oleh organisasi pemuda partai penguasa yang dikenal dengan nama Imbonerakure dan pasukan keamanan. Akibatnya, ratusan ribu warga Burundi mengungsi menyelamatkan diri guna menghindari kekerasan aparat dan antek-antek penguasa.
Pada tahun 2017, Nkurunziza mengeluarkan negaranya dari keanggotaan mahkamah internasional dan menutup kantor urusan hak asasi manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun lalu.
Antara bulan Januari dan Maret, Ligue Iteka, sebuah organisasi HAM yang dibentuk orang Burundi pelarian di luar negeri, mendokumentasikan 67 pembunuhan, termasuk di antaranya 14 eksekusi ekstrayudisial, 6 kasus penghilangan orang, 15 kasus kekerasan berbasis gender, 23 kasus penyiksaan, serta 204 kasus penangkapan paksa.
Apabila Nkurunziza masih hidup ketika masa jabatannya berakhir di bulan Agustus, dia mungkin sempat menikmati uang sebagai hadiah dari negara sebesar $500.000 berikut sebuah vila mewah.*