Hidayatullah.com– Gereja Ortodoks Rusia menentang usulan konversi museum Hagia Sophia yang bersejarah di Turki menjadi sebuah masjid. Mereka menyatakan langkah itu dapat memicu ketegangan antaragama.
“Setiap upaya untuk mengubah status museum Hagia Sophia akan mengarah pada perubahan dan pelanggaran keseimbangan antar-agama yang rapuh,” kata Kepala Gereja Hubungan Gereja Eksternal, Metropolitan Hilarion, yang dikutip dari Orthodox Times.
Hagia Sophia, yang juga dikenal sebagai Aya Sofya, adalah bangunan gereja peninggalan Bizantium pada abad keenam. Bangunan itu kemudian dikonversi menjadi masjid setelah penaklukan yang dilakukan oleh Sultan Muhammad Al-Fatih pada tahun 1453.
Dilansir dari The New Arab, pada 1934, bangunan itu dikonversi menjadi museum sebagai bagian dari upaya sekularisasi republik Turki yang baru dan menjauhkan Turki dari warisan Utsmaniyah negara itu.
Perdebatan sengit tentang mengembalikan Hagia Sophia Istanbul ke status warisan Utsmaniyah sebagai tempat ibadah Muslim juga mengancam meningkatnya ketegangan dengan negara tetangga Yunani.
Bulan lalu, warga Turki mulai mengadakan shalat berjamaah di Hagia Sophia untuk memperingati ulang tahun penaklukan Ottoman di Istanbul, yang sebelumnya dikenal sebagai Konstantinopel.
Tindakan itu menimbulkan kemarahan dari Yunani, namun dipertegas oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang memerintahkan studi awal bulan ini ke konversi museum menjadi masjid.
“Yunani bukan orang yang mengelola tanah ini, jadi harus menghindari pernyataan seperti itu,” kata Erdogan, Senin (8/6). “Mereka mengatakan, ‘Jangan mengubah Hagia Sophia menjadi masjid’. Apakah kamu memerintah Turki, atau kami yang memerintah Turki?”
Hilarion, pejabat Gereja Ortodoks Rusia, juga menyuarakan keprihatinan bahwa transformasi Hagia Sophia menjadi masjid, berarti akses akan dibatasi untuk pengunjung dari agama lain.
Presiden Turki sebelumnya menyatakan bahwa, jika dikonversi menjadi masjid, Hagia Sophia akan tetap terbuka dan ramai untuk pengunjung, seperti dengan Masjid Biru Istanbul yang terkenal.
Dilansir dari The New Arab, pengadilan Turki diperkirakan akan memutuskan terkait masalah ini pada awal Juli.*