Hidayatullah.com—Dakwaan telah dibatalkan atas pewaris kerajaan bisnis Red Bull Vorayuth Yoovidhaya dalam kasus tabrak lari yang menewaskan seorang petugas kepolisian.
Vorayuth didakwa menabrak polisi dengan mobilnya di ibu kota Thailand, Bangkok, lalu kabur melarikan diri.
Dia berulang kali tidak memenuhi panggilan kepolisian untuk menghadapi sejumlah tuduhan, yang termasuk di antaranya berkendara secara ugal-ugalan sehingga mengakibatkan kematian.
Kepolisian Thailand sekarang mengatakan dakwaan-dakwaannya telah dibatalkan, tetapi tidak jelas mengapa, lansir BBC Jumat (24/7/2020).
Vorayuth merupakan cucu laki-laki dari Chaleo Yoovidhya, pendiri kerajaan bisnis minuman berenergi Red Bull bersama pengusaha Austria Dietrich Mateschitz. Pada saat kematiannya di tahun 2012, Chaleo merupakan orang ketiga terkaya di Thailand, menurut majalah Forbes dengan nilai bersih kekayaan mencapai $5 miliar.
Serma (pol) Wichian Klanprasert sedang mengendarai motornya di sepanjang Jalan Sukhumvit di Bangkok ketika dihantam dari belakang oleh sebuah Ferrari warna abu-abu, yang menyeret tubuhnya lebih dari 100 meter, sebelum akhirnya pelaku kabur bersama kendaraannya.
Petugas penyelidik mengikuti jejak cairan pelumas rem hingga ke sebuah rumah mewah kurang dari satu kilometer jaraknya. Ferrari yang penyok berat ada di sana, tetapi polisi awalnya menahan seorang sopir yang dipekerjakan keluarga miliarder itu sebagai tersangka utama.
Ketika kemudian diketahui bahwa mobil itu sesungguhnya dikendarai Vorayuth, yang kala itu berusia 27 tahun, dilakukan tes dan ditemukan kadar alkohol dalam darahnya tinggi. Namun, dia berkilah bahwa itu diakibatkan dia banyak menenggak minuman keras sesampainya di rumah setelah kejadian tersebut.
Vorayuth ditangkap, tetapi tak lama kemudian dilepaskan dari tahanan. Setelah itu dia berulang kali mangkir ketika dipanggil untuk menghadapi tuduhan, dan setiap kali pengacaranya mengatakan kliennya tidak dapat hadir karena sudah ada janji di luar negeri atau karena sakit.
Tim investigasi yang pertama dibentuk terpaksa dibubarkan karena seorang anggotanya dituduh berusaha menutup-nutupi keterlibatan Vorayuth dalam kasus itu.
Pihak berwenang akhirnya mengeluarkan surat penangkapan untuk Vorayuth lima tahun setelah kejadian, karena dia mangkir dari panggilan hukum sebanyak delapan kali.
Kasus yang mendapat perhatian besar dari publik di Thailand itu sekali lagi menegaskan betapa orang-orang kaya dan pemilik jabatan di negeri gajah putih itu seringkali lepas dari dakwaan hukum.*