Hidayatullah.com—Saudara laki-laki mantan presiden Aljazair Bouteflika mulai duduk di kursi terdakwa hari Senin (23/9/2019) dengan tuduhan merencanakan makar terhadap militer, lansir AFP mengutip pemberitaan dari stasiun televisi Aljazair.
Dua mantan kepala dinas intelijen Aljazair dan seorang ketua partai juga duduk sebagai terdakwa bersama Said Bouteflika di pengadilan militer di Blida, sebelah selatan ibukota Aljiers, lapor kanal televisi swasta Ennahar dan El Bilad seperti dikutip BBC.
Said Bouteflika menghadapi tuduhan “meremehkan otoritas militer” dan “bersekongkol” untuk melawan negara.
Dia dituduh oleh mantan menteri pertahanan Khaled Nezzar mempertimbangkan untuk menyatakan negara dalam keadaan darurat dan memecat kepala staf angkatan darat pada bulan April ketika unjuk rasa marak menentang Abdelaziz Bouteflika.
Abdelaziz Bouteflika mengundurkan diri dari jabatan presiden pada bulan April, menyusul unjuk rasa selama berbulan-bulan menentang kekuasaannya dan orang-orang kuat di sekitarnya.
Pemeriksaan terhadap Said Bouteflika mulai dilakukan tidak lama setelah pengunduran diri abangnya dan rangkaian penangkapan tokoh-tokoh penting Aljazair.
Sejak abangnya sakit-sakitan, Said Bouteflika konon yang berada di balik layar mengendalikan pemerintahan negara mayoritas berpenduduk Muslim di Afrika Utara itu.
Aljazair akan menggelar pemilihan umum pada 12 Desember.*