Hidayatullah.com–Menteri Pertahanan ‘Israel’ Benny Gantz pada Selasa (27/10/2020) menyambut baik “suara-suara positif” dari Lebanon yang terbuka untuk perdamaian dengan ‘Israel’. Pernyataan tersebut diucapkan menjelang dimulainya kembali pembicaraan perbatasan laut yang belum pernah terjadi sebelumnya antara kedua negara, The New Arab melaporkan.
Lebanon dan ‘Israel’, secara teknis masih berperang, mengadakan putaran awal negosiasi mengenai sengketa perbatasan laut mereka di bawah naungan PBB dan AS pada 14 Oktober.
Pembicaraan yang dilanjutkan pada hari Rabu (28/10/2020) adalah interaksi resmi yang langka antara negara-negara yang tidak memiliki hubungan diplomatik.
Kedua belah pihak menegaskan bahwa mereka fokus pada penyelesaian sengketa maritim untuk memungkinkan eksplorasi minyak dan gas dan tidak menandai langkah menuju normalisasi.
Selama tur ke ‘Israel’ utara, Gantz berkata: “Saya mendengar suara-suara positif keluar dari Lebanon, yang bahkan berbicara tentang perdamaian dengan ‘Israel’, yang bekerja dengan kami dalam hal-hal seperti menentukan perbatasan laut.”
Gantz, yang juga merupakan perdana menteri pengganti pemerintah Zionis, tidak merinci komentar Lebanon mana yang dia maksud.
Tetapi mereka datang sehari setelah Claudine Aoun, putri Presiden Lebanon Michel Aoun, mengatakan kepada Al Jadeed TV bahwa perdamaian dengan negara Zionis akan dimungkinkan jika masalah antar negara diselesaikan.
“Kami memiliki sengketa perbatasan laut, masalah pengungsi Palestina, dan topik lain yang lebih penting yaitu masalah sumber daya alam: air, minyak dan gas alam yang menjadi andalan Lebanon untuk memajukan ekonominya,” katanya.
Ketika ditanya secara langsung apakah dia akan keberatan dengan perjanjian damai dengan ‘Israel’, dia menjawab: “mengapa saya keberatan?”
“Apakah kita seharusnya tetap dalam keadaan perang? … Saya tidak memiliki perbedaan doktrinal dengan siapa pun … Saya memiliki perbedaan politik.”
Kelompok Syiah Hizbullah, kekuatan utama dalam politik Lebanon, telah mengkritik pembicaraan maritim tersebut.
‘Israel’ dan Hizbullah terakhir kali berperang pada tahun 2006, tetapi kedua belah pihak masih melakukan baku tembak lintas batas secara sporadis.
Komentar Gantz datang dengan ‘Israel’ yang memperdalam hubungan Arabnya melalui serangkaian kesepakatan yang ditengahi AS.
Uni Emirat Arab dan Bahrain telah menjalin hubungan diplomatik dengan ‘negara’ Yahudi tersebut, melanggar konsensus Liga Arab selama beberapa dekade yang menentang normalisasi dengan negara penjajah sampai konflik Palestina diselesaikan.
Sudan mengatakan pihaknya juga telah bersepakat membangun hubungan diplomatik penuh dengan ‘Israel’, meski hal tersebut memicu kemarahan dan penantangan publik.
Palestina telah mengutuk segala bentuk kesepakatan normalisasi dengan negara palsu ‘Israel’ dan menyebutnya sebagai “pengkhianatan terhadap perjuangan Palestina dan tikaman dari belakang”.*