Hidayatullah.com—Pemimpin penyelidik Lebanon diberi tahu bahwa para ahli Prancis sejauh ini belum mencapai kesimpulan tentang penyebab ledakan Beirut 4 Agustus, kata sumber peradilan senior Lebanon.
Penyelidik yudisial Fadi Sawan diberikan informasi awal selama panggilan telepon pada hari Selasa (03/11/2020) dengan seorang hakim Prancis yang menyelidiki ledakan itu, sumber itu mengatakan kepada Al Jazeera.
Pengadilan Prancis telah membuka penyelidikannya sendiri atas ledakan tersebut karena warga Prancis termasuk di antara mereka yang tewas dan terluka.
Setelah ledakan 4 Agustus yang menurut para pejabat dipicu oleh sekitar 2.750 ton amonium nitrat yang tertinggal di pelabuhan selama hampir tujuh tahun, para ahli Prancis, Amerika dan Inggris dikerahkan untuk membantu penyelidik Lebanon.
Amerika Serikat, melalui FBI, telah memberikan temuannya kepada Sawan, yang tidak mencapai kesimpulan pasti tentang apa yang menyebabkan ledakan itu, menurut laporan oleh kantor berita Reuters.
Laporan ahli Prancis diharapkan tiba dalam minggu depan atau lebih.
Sumber tersebut mengatakan hakim Prancis mengatakan kepada Sawan bahwa dia belum secara resmi menerima laporan dari para ahli teknis dan keamanan Prancis, tetapi telah meninjau beberapa informasi yang akan dimilikinya.
“Dia menyatakan dengan jelas bahwa para ahli belum menentukan secara pasti apakah ledakan itu hasil dari operasi keamanan yang disengaja atau apakah itu akibat kelalaian dalam menyimpan amonium nitrat dan kekurangan yang menyebabkan ledakan dahsyat,” kata sumber itu.
Menteri Kehakiman sementara Marie-Claude Najem mengatakan kepada Al Jazeera pekan lalu bahwa para penyelidik Lebanon memberikan bobot yang signifikan pada laporan ahli Prancis karena diharapkan untuk membahas lebih dalam daripada FBI, dan Lebanon memiliki kemampuan teknis terbatas untuk mencapai kesimpulannya sendiri tentang penyebab ledakan itu.
Ledakan dahsyat itu melukai lebih dari 6.500 orang dan menyebabkan kerusakan yang diperkirakan mencapai miliaran dolar ke ibu kota, awalnya menyebabkan ratusan ribu orang kehilangan tempat tinggal.
Para pejabat tinggi politik dan keamanan mengetahui keberadaan bahan peledak itu selama bertahun-tahun sebelum ledakan, tetapi tidak ada yang secara resmi dianggap sebagai tersangka, juga tidak akan didakwa, kata sumber-sumber pengadilan kepada Al Jazeera pekan lalu.
Sebaliknya, pejabat administrasi dan keamanan tingkat rendah dan menengah telah didakwa dengan “kelalaian yang disengaja”, sebuah kejahatan dengan hukuman maksimal sekitar lima tahun penjara, kata sumber.
Sementara itu, Sawan melanjutkan penyelidikannya dan sudah mulai mendengarkan kesaksian sekitar 50 korban atau orang-orang terdampak ledakan yang mengajukan gugatan secara pribadi.
Dia juga mulai menerima ratusan tuntutan lain yang diajukan oleh Asosiasi Pengacara Beirut atas nama para korban akhir bulan lalu.*