Hidayatullah.com—Montenegro dan Serbia saling mengusir duta besar berkaitan dengan perselisihan sejarah yang terjadi lebih dari satu abad silam.
Dubes Serbia untuk Montenegro Vladimir Bozovic menyebut keputusan oleh otoritas Montenegro pada tahun 1918 untuk bergabung dengan Serbia sebagai “pembebasan.”
Akibatnya, Bozovic dituding “mencampuri urusan dalam negeri Montenegro” dan diberi waktu 72 jam untuk meninggalkan negara itu, lapor BBC Ahad (29/11/2020).
Dubes Montenegro untuk Serbia Tarzan Milosevic juga diusir.
Pada 1918 diputuskan bahwa Montenegro akan menjadi bagian dari Kerajaan Bangsa Serbia, Kroasia dan Slovenia, yang kemudian dikenal sebagai negara Yugoslavia. Pada tahun 2006, Montenegro memproklamasikan kemerdekaan, menjadi negara berdaulat untuk pertama kalinya sejak berakhirnya Perang Dunia I.
Bozovic mengeluarkan pernyataan kontroversial itu dalam sebuah pertemuan yang dihadiri delegasi Serbia dan Montenegro. Dia menyebut keputusan tahun 1918 sebagai “ekspresi bebas dari keinginan rakyat untuk bergabung dengan bangsa moyangnya yaitu Serbia.”
Kementerian Luar Negeri Montenegro mengatakan Bozovic telah “menyepelekan negara tuan rumah yang memberikannya kekebalan diplomatik.”
Kemenlu Montenegro juga mengatakan bahwa pihaknya telah memberikan sejumlah peringatakan lisan dan tertulis kepada diplomat senior Serbia itu.
Sebagai aksi balasan, Serbia mengusir Tarzan Milosevic dari tempat tugasnya.
Pemerintah Montenegro saat ini yang akan segera berakhir masa baktinya, yang memutuskan untuk mengusir Bozovic, akan digantikan dengan kabinet yang terdiri dari partai-partai pro-Serbia yang menang tipis dalam pemilu Agustus 2020. Pemerintahan baru itu dijadwalkan akan mulai berkantor pekan depan.*