Hidayatullah.com—Sebuah pengadilan khusus di Kolombia menuntut 8 bekas komandan kelompok pemberontak FARC dengan dakwaan kejahatan perang selama konflik bersenjata puluhan tahun di negara itu.
Mereka dituduh melakukan penculikan atas ribuan orang, menyiksa dan membunuh sebagian di antaranya.
Ini merupakan kasus besar pertama bagi pengadilan yang didirikan setelah kesepakatan damai 2016 antara pemerintah dan kelompok pemberontak FARC diteken.
Kelompok bersenjata itu menggunakan penculikan sebagai alat untuk mendapatkan uang yang dipakai untuk membiayai perang melawan pemerintah.
Revolutionary Armed Forces of Colombia (FARC) dilucuti persenjataannya guna berintegrasi kembali dengan masyarakat, setelah tercapai kesepakatan damai tersebut.
Perang yang dikobarkan FARC berlangsung selama lebih dari 50 tahun, menyebabkan lebih dari 260.000 orang kehilangan nyawa dan jutaan orang kehilangan tempat tinggal.
Aksi penculikan yang dilakukan FARC menarget antara lain tentara pemerintah, petugas kepolisian, serta politisi. Sebagian ditawan selama bertahun-tahun, tidak jarang mereka diikat di pohon, dan baru dibebaskan apabila uang tebusan telah dibayar atau mereka berhasil diselamatkan. Tidak sedikit yang dibunuh atau mati dalam tawanan.
Dakwaan yang dibuat oleh Special Jurisdiction for Peace (JEP) itu didasarkan pada kesaksian lebih dari 1.000 korban, 257 bekas kombatan. Dakwaan menyebutkan bahwa 21.396 orang telah diculik antara tahun 1990 dan 2016, dan hampir 2.000 di antara mereka tidak pernah terlihat lagi, lansir BBC Jumat (29/1/2021).
Delapan terdakwa itu termasuk bekas pemimpin FARC Rodrigo Londono yang dikenal dengan sebutan Timochenko, yang sekarang memimpin partai yang dibentuk dari sisa-sisa FARC. Pablo Catatumbo dan Julian Gallo, dua dari sepuluh orang yang duduk di kursi Senat Kolombia yang disediakan khusus bagi anggota partai bekas FARC berdasarkan kesepakatan perdamaian 2016, juga menjadi terdakwa.
Mereka semua diberi waktu 30 hari untuk menerima atau menolak dakwaan. Apabila mengaku bersalah, maka mereka terancam dikurung paling lama 8 tahun. Jika tidak, ancaman hukumannya menjadi 20 tahun penjara.
Tahun lalu, sejumlah bekas tokoh gerilya termasuk Timochenko mengupayakan pengampunan dalam kasus penculikan.
Sementara kebanyakan pentolan FARC ikut menandatangani kesepakatan damai, tidak sedikit bekas anggotanya yang menentang kesepakatan itu dan membentuk kelompok-kelompok sempalan. Mereka ini yang sekarang melanjutkan aksi penyelundupan narkoba, pemerasan dan pembunuhan di berbagai daerah di Kolombia.*