Hidayatullah.com—Coronavirus varian baru diketahui sedang merebak di New York City, kata peneliti.
Coronavirus itu, yang disebut sebagai B.1.526, pertama kali terinfeksi pada sampel yang diambil di New York pada bulan Desember 2020. Sampai pertengahan Februari diketahui varian baru itu mencakup sekitar 12% kasus, kata peneliti di Columbia University Vagelos College of Physicians and Surgeons, hari Rabu (24/2/2021) seperti dilansir The Guardian.
Kantor berita Reuters melaporkan bahwa varian itu dipaparkan dalam hasil riset yang dipublikasikan online oleh California Institute of Technology. Belum ada di antara hasil studi itu yang sudah dikaji ulang oleh pakar luar.
Peneliti dari Columbia University mengatakan analisis terhadap database yang tersedia bagi publik tidak menunjukkan prevalensi tinggi dengan varian coronavirus yang belum lama ini ditemukan di Afrika Selatan dan Brazil pada sampel-sampel yang diambil dari wilayah NY City dan sekitarnya.
“Justru kami menemukan jumlah yang banyak dari turunan yang berkembang di dalam negeri ini,” kata Dr. Anne-Catrin Uhlemann, assisten profesor bidang penyakit menular di College of Physicians and Surgeons di Columbia University, Dalam sebuah pernyataan.
Hasil studi Columbia menemukan bahwa B.1.526 memiliki beberapa karakteristik mengkhawatirkan yang sama dengan B.1.351, varian yang pertama di temukan di Afrika Selatan, serta P.1 yang ditemukan di Brazil. Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa varian-varian baru itu lebih kebal terhadap sejumlah vaksin yang ada saat ini dibandingkan varian coronavirus sebelumnya.
Peneliti mengatakan hal yang mengkhawatirkan adalah perubahan atau mutasi di area mahkota protein virus yang disebut E484K, yang terdapat di semua tiga varian baru itu. Mutasi E484K ini diyakini mampu memperlemah respon imun tubuh terhadap coronavirus.*