Hidayatullah.com—Lebih dari 125.000 guru sekolah di Myanmar diberhentikan karena bergabung dengan aksi protes menentang kudeta militer, kata pengurus Federasi Guru Myanmar.
Pemberhentian dilakukan beberapa hari sebelum atahun ajaran baru dimulai, yang diboikot oleh sebagian guru dan orangtua/wali murid.
Seorang pengurus federasi itu, yang menolak identitasnya diungkap karena khawatir akan dampaknya sebab namanya sudah ada di dalam daftar hitam junta, mengatakan 125.900 guru sekolah per Sabtu (22/5/2021) diberhentikan dari tugasnya.
Myanmar memiliki 430.000 guru sekolah, menurut data terbaru dua tahun silam.
Dilansir Reuters, koran plat merah Global New Light of Myanmar menyeru agar guru dan murid kembali ke sekolah agar sistem pendidikan berjalan kembali. Tahun ajaran baru akan dimulai pada bulan Juni dan pendaftaran dibuka pekan ini.
Sekitar 19.500 staf universitas juga diberhentikan, menurut federasi tersebut.
“Saya tidak akan mendaftarkan putri saya karena saya tidak mau memberikannya pendidikan dari kediktatoran militer. Saya juga khawatir akan keselamatannya,” kata serang warga bernama Myint, 42, yang memiliki anak perempuan berusia 14 tahun.
“Saya tidak akan kembali ke sekolah kecuali kita kembali ke demokrasi,” kata Lwin, pemuda berusia 18 tahun.
Sistem pendidikan Myanmar termasuk yang terburuk di kawasan Asia Tenggara, dan menempati posisi ke-92 dari 93 negara yang disurvei tahun lalu.*