Hidayatullah. com—Warga Inggris yang memprotes kebijakan paspor vaksin (kewajiban menjalani vaksinasi) Covid-19 memadati pusat perbelajaan Westfield di Shepherd’s Bush hari Sabtu malam (29/5/2021), setelah ribuan orang berjalan menyusuri jalan di bagian barat menuju pusat kota London.
Sekitar pukul 6 sore sempat terjadi baku hantam dengan petugas kepolisian yang berusaha menghalau massa masuk ke area pusat perbelanjaan, sebelum pengunjuk rasa menyadari ada sebuah pintu masuk yang jaraknya beberapa meter saja tidak dijaga petugas.
Ratusan orang berhasil memasuki pusat perbelanjaan itu dan mereka bertahan di sana selama kira-kira setengah jam meneriakkan “no more lockdowns” (jangan lagi ada lockdown) dan “take your freedom back” (rebut kembali kebebasan kalian), sebelum akhirnya polisi membubarkan mereka dengan membawa pentungan. Tidak ada kekerasan yang terjadi dalam pembubaran massa itu, lapor The Guardian.
Etienne Finzetto, seorang pekerja di Westfield, seluruh mall tempatnya bekerja kemudian dijaga dan dikosongkan oleh polisi. Dia dan teman-teman kerjanya awalnya mengira ada selebriti yang berkunjung ke tempat itu.
“Para staf disuruh menutup toko sementara pengunjung dan pengunjung rasa yang masuk ke mall digiring keluar,” kata Finzetto kepada Guardian lewat pesan di WhatsApp. “Westfield akhirnya mengirimkan pesan kepada semua staf bahwa mall ditutup, kebanyakan toko (biasanya buka sampai jam 9 malam) akhirnya juga tutup.”
Pengunjuk rasa menggeruduk Westfield setelah berjalanbkaki sekitar 12 mil melalui jalan-jalan di London, mulai dari Parliament Square menuju ke arah barat sampai di Acton. Selama perjalanan itu banyak orang yang bergabung dengan mereka di tengah jalan sehingga kerumunan mencapai beribu-ribu orang.
Pengunjuk rasa yang berbicara dengan Guardian mengtakan mereka ikut serta karena meyakini tindakan pemerintah guna mengatasi pandemi Covid-19 justru lebih banyak menimbulkan kesusahan dibandingkan kebaikan.
Seorang pengunjuk rasa bernama Paul asal Bedfordshire mengaku ikut demonstrasi karena dia khawatir dengan pengekangan terhadap kebebasan sipil dengan alasan pandemi.
“Saya mengkhawatirkan kebebasan kita, kebebasan kita untuk memilih apakah mau divaksinasi atau tidak,” ujarnya. “Banyak orang yang sebenarnya tidak percaya sama sekali dengan (vaksinasi) itu.”
Louise Creffield, pendiri Save Our Rights UK, salah satu penyelenggara protes, mengataka kepada Guardian bahwa fokus aksi mereka hari Sabtubitu adalah kebebasan medis.
“Kami sangat khawatir dengan kebijakan track and trace yang akan diubah menjadi paspor vaksin dan meningkatnya keharusan menjalani tes.”
“Kami mengkampanyekan RUU kebebasan medis yang akan mencegah pemaksaan dan diskriminasi bagi mereka yang tidak ingin ambil bagian dalam suatu prosedur medis… Begitu kita kehilangan kebebasan medis tidak ada kata jika dan kapan kita akan mendapatkannya kembali dan ke mana lereng yang licin ini akan membawa kita.”
Seorang jubir kepolisian mengatakan sampai Sabtu tanggal 29 pukul 9.45 malam sudah empat orang ditangkap dalam aksi protes di London. Mereka ditangkap dengan tuduhan atau dugaan melakukan serangan terhadap polisi, melakukan tindak kekerasan dan kerusakan kriminal.*