Hidayatullah.com—Polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan para pendukung militer Sudan yang berkumpul untuk hari ketiga unjuk rasa di ibukota, Khartoum.
Mereka menuntut agar pemerintahan transisi diganti dengan militer, yang menurut mereka akan lebih baik dalam mengatasi krisis politik dan ekonomi yang dihadapi negara itu.
Perdana Menteri Abdalla Hamdok mengadakan rapat kabinet darurat, menyebut unjuk rasa itu sebagai krisis paling berbahaya sejak penggulingan Presiden Omar al-Bashir dua tahun lalu.
Para kritikus mengatakan protes itu diorganisir oleh pasukan keamanan yang ingin mengganggu transisi ke pemerintahan sipil.*