Hidayatullah.com—Mantan presiden FW de Klerk meninggal dunia dengan tenang di kediamannya di Fresnaye [Cape Town] dalam usia 85 tahun “awal pagi ini setelah berjuang melawan kanker mesothelioma,” kata FW de Klerk Foundation dalam sebuah pernyataan yang dirilis hari Kamis (11/11/2021), lansir RFI.
Sebagai pemimpin National Party thatyang memberlakukan apartheid, de Klerk menjadi kepala pemerintahan minoritas kulit putih Afrika Selatan dari tahun 1989 sampai 1994.
Dalam pidato 2 Februari 1990, de Klerk mengumumkan bahwa pejuang anti-aparheid Nelson Mandela akan dibebaskan dari Penjara Victor Verster di Cape Town, tempat dia menghabiskan sembilan tahun terakhir dari total 27 tahun masanya dibui oleh pemerintahan rasis Afsel.
De Klerk juga mengumumkan pencabutan larangan terhadap African National Congress (ANC) dan organisasi serta gerakan pembebasan lainnya.
Pada tahun 1993, de Klerk dan Nelson Mandela bersama-sama menerima Nobel Perdamaian karena dianggap berhasil membuat keajaiban dengan membuka jalan bagi transisi pemerintahan minoritas kulit putih ke mayoritas kulit hitam di Afsel.
Ketika ANC memenangkan pemilu multipartai pada tahun 1994, yang menaikkan Mandela ke kursi presiden, de Klerk didapuk menjadi salah satu dari dua wakil presiden Afsel.
Februari tahun lalu, de Klerk memicu kemarahan ketika di depan kamera televisi nasional dia menyangkal bahwa apartheid adalah kejahatan terhadap kemanusiaan, meskipun Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakannya demikian.
Menurut de Klerk, pemikiran bahwa apartheid adalah kejahatan terhadap kemanusiaan dulu dan sampai sekarang merupakan proyek agitasi yang diinisiasi Uni Soviet dan sekutu mereka ANC/SACP guna menstigmatisasi orang-orang kulit putih Afsel dengan mengasosiasikan mereka dengan kejahatan kemanusiaan yang sesungguhnya.
De Klerk wafat dengan meninggalkan istrinya Elita, anak-anak Jan dan Susan, serta beberapa cucu.*