Hidayatullah.com — Presiden Afghanistan Ashraf Ghani telah menawarkan untuk berbagi kekuasaan dengan Taliban, asalkan kelompok pemberontak itu mengakhiri pertempuran, sehari setelah Amerika Serikat (AS) meminta semua warganya meninggalkan negara itu “secepat mungkin”.
Hal ini dia sampaikan ketika membuka acara peringatan ke 29 jatuhnya rezim pro-Soviet di Kabul oleh Mujahidin. Ia mengatakan pelajaran harus dipetik dari pengalaman pahit masa lalu dan kebijaksanaan yang diterapkan dalam proses perdamaian.
“Tak seorang pun di Afghanistan dapat memaksakan kehendak kepada rakyat melalui perang dan kekerasan, inilah saatnya bagi Taliban untuk menghentikan perang dan beralih ke mekanisme demokrasi untuk berbagi kekuasaan,” kata Ghani dalam pidato yang disiarkan televisi pada hari Rabu (28/04/2021) lansir TRT World.
Dia ingat bahwa Afghanistan jatuh ke dalam kekacauan politik dan keamanan, dan menyaksikan kehancuran pasca kesuksesan mengalahkan Tentara Merah dengan gerakan jihad nasional.
“Afghanistan sekali lagi menghadapi keadaan kritis… keberhasilan jihad adalah karena kerukunan antara rakyat dan persatuan nasional. Demikian pula, kita bisa mencapai perdamaian yang berkelanjutan dan berkeadilan melalui suara yang kohesif dan bersatu,” tambahnya.
Negara ini menyaksikan gejolak kekerasan terutama sejak Presiden AS Joe Biden mengumumkan rencana menarik pasukan Amerika dengan bulan September sebagai batas akhir waktunya.
Perantara Perdamaian Bela Rencana AS
Pada hari Selasa, perantara perdamaian AS untuk Afghanistan Zalmay Khalilzad membela rencana penarikan tentara pemerintahan Biden, sambil memberi pengarahan kepada Komite Hubungan Luar Negeri Senat.
Khalilzad mengatakan Washington dan sekutunya akan memberikan sanksi kepada Taliban jika mereka berupaya lakukan pengambilalihan militer di Afghanistan.
Dalam kesaksiannya, diplomat Afghanistan yang berpengalaman itu mengatakan AS akan memperbarui komitmennya pada proses perdamaian yang berfokus pada hasil antara pemerintah Afghanistan dan Taliban.
“Telah terbukti selama bertahun-tahun bahwa tidak ada solusi militer untuk konflik di Afghanistan yang telah berlangsung selama lebih dari 40 tahun. Penyelesaian yang dinegosiasikan di dalam negara itu sendiri, didukung oleh kekuatan regional, adalah satu-satunya jalan menuju stabilitas yang berkelanjutan,” ujarnya.*