Hidayatullah.com—Mantan perdana menteri Kamboja Pangeran Norodom Ranariddh, kakak raja lain ibu, meninggal dunia di Prancis dalam usia 77 tahun.
Menteri Informasi Khieu Kanharith mengatakan dia menerima informasi itu dari istana kerajaan. Pangeran Norodom Ranariddh, yang partai politiknya Fincinpec memenangkan pemilu tahun 1993, digulingkan lewat kudeta tahun 1997 oleh mitra koalisinya Hun Sen yang sampai saat ini masih berkuasa.
Ranariddh masih terus memimpin Funcinpec selama bertahun-tahun setelah dilengserkan.
Tahun 2017, ketika Hun Sen membubarkan sebuah parpol dengan tuduhan pengkhianatan, mau tidak mau Ranariddh harus berkoalisi dengan Hun Sen yang perlahan tapi pasti mengupayakan agar parlemen hanya diisi satu partai tanpa oposisi.
“Hun Sen, kalian mau atau tidak mau, suka atau tidak suka kepadanya, dia telah mengupayakan persatuan bangsa ini,” kata Ranariddh kala itu menjelaskan posisinya.
Adiknya lain ibu, Raja Norodom Sihamoni menduduki tahta Kamboja sebagai seorang monarki konstitusional sejak ayah mereka yang legendaris, Raja Norodom Sihanouk, turun dari singgasana pada 2004. Sihanouk meninggal di Beijing pada 2012 dalam usia 89 tahun.
Setelah membelot dari Khmer Rouge yang banyak melakukan pembantaian di era 1970-an, Hun Sen memimpin pemerintahan Partai Komunis di Phnom Penh dengan dukungan Vietnam selama lebih dari satu dekade, ketika pasukan pemberontak Khmer Rouge melancarkan perang gerilya.
Keluarga Kerajaan Kamboja yang menyelamatkan diri ke luar negeri, kala itu dipimpin oleh penguasa absolut Raja Sihanouk yang membawa Kamboja lepas dari penjajahan Prancis dan kemudian turun tahta untuk terjun ke politik dan menjadi perdana menteri.
Ranariddh dibesarkan di Prancis dan bekerja sebagai dosen hukum Prancis ketika ayahnya memanggilnya pulang untuk memimpin Funcinpec dan mengikuti pemilu 1993 yang disponsori Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai upaya perdamaian di Kamboja.
Oleh karena sentimen kepada keluarga kerajaan masih kuat, Ranariddh mengalahkan Partai Komunis pimpinan Hun Sen tahun itu. Namun, ketika Hun Sen mengancam akan kembali mengobarkan perang, kesepakatan politik menghasilkan pemerintahan koalisi dengan Ranariddh sebagai perdana menteri pertama dan Hun Sen perdana menteri kedua.
Koalisi itu hanya bertahan 4 tahun. Ranariddh terpaksa mengasingkan diri ke luar negeri pada 1997, setelah pasukannya dikalahkan oleh pendukung Hun Sen dalam bentrokan berdarah di Phnom Penh.
Ranariddh diberi pengampunan pada tahun 2008 atas tuduhan penipuan yang menyebabkannya keluar dari Funcinpec, dan gagal dua kali ketika mencoba lagi peruntungannya di politik.
Tahun 2015, dia mengambil langkah mengejutkan beraliansi dengan orang yang telah menggulingkannya, kembali ke Funcinpec untuk bekerja sama dengan Partai Rakyat Kamboja pimpinan Hun Sen.
Tiga tahun kemudian, Ranariddh mengalami kemalangan. Istrinya Ouk Phalla, 39, tewas dalam kecelakaan mobil ketika mengikutinya berkampanye.
Funcinpec dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa jasad Ranariddh segera direpatriasi ke Kamboja, lansir The Guardian Senin (29/11/2021).*