Hidayatullah.com—Organisasi Kerjasama Islam (OKI) memerlukan sebuah media untuk mengakrabkan masyarakat tentang kiprahnya di dunia internasional, demikian menurut anggota-anggotanya.
Para pejabat OKI mengatakan, mereka menerima banyak permintaan dari individu, lembaga, organisasi masyarakat, dan perkumpulan lainnya untuk bersiaran di negara-negara anggota. Ide itu sudah ditampung dalam pertemuan tingkat menteri penerangan OKI bulan April tahun ini di Libreville, Gabon.
Pertemuan serupa rencananya akan digelar pada bulan September mendatang di Jeddah, guna membahas tindak lanjut berupa pendirian stasiun televisi atas nama OKI.
Namun seorang pengusaha dan pemilik Arab Television and Radio Group Saleh Kamel, pesimis dengan rencana itu.
“Kita semua tahu bagaimana organisasi ini kekurangan komitmen dari negara-negara anggotanya untuk membayar iuran tahunan mereka. Jadi, bagaimana lembaga ini akan membiayai saluran (televisi) baru ini?” tanya Kamel, dikutip Arab News (14/7/2012).
Kalaupun selamat dari masalah keuangan, Kamel mempertanyakan masalah netralitas lembaga penyiaran itu nantinya. Apakah tidak akan bias terhadap negara anggota yang memberikan sumbangan lebih banyak?
Kamel juga mempertanyakan manfaat dari stasiun televisi itu nantinya. Menurutnya, lebih baik uangnya dipakai untuk membiayai program-program OKI lain yang lebih serius dan memberikan manfaat bagi negara anggota.
Pengusaha itu juga menyinggung masalah Islamic News Agency (INA), salah satu program OKI yang sudah berjalan. OKI seharusnya, menurut Kamel, lebih memprioritaskan untuk memperbaiki masalah adminsitrasi dan keuangan INA.
Sementara itu, mantan sekretaris jenderal Liga Muslim Dunia Abdullah Naseef menyambut rencana pendirian stasiun televisi tersebut, dengan mengatakan dunia Muslim memerlukan media seperti itu.
Menurut Naseef, lembaga ini harus mendapatkan dukungan tidak hanya berupa finansial tetapi juga berupa intelektual dari para ulama.
Naseef berpendapat, lembaga itu nantinya tidak akan digunakan untuk kepentingan politik oleh negara anggota yang memberikan sumbangan besar. Dan ia berharap stasiun televisi itu tidak akan bernasib sama seperti INA, yang dinilainya gagal.
Sedangkan menurut anggota Dewan Tertinggi Masjid di OKI Baheej Mullah, keberhasilan atau kegagalan lembaga penyiaran ini tergantung dari misi dan tema yang diusungnya, serta tergantung pemirsanya.
Mullah mengingatkan, ada dua jenis pemirsa Muslim di dunia ini, yaitu yang berada di negara Muslim dan negara non-Muslim. Lembaga penyiaran itu juga nantinya tidak boleh membahas isu sektarian, harus moderat dan bebas dari politik.
Meskipun nantinya proyek ini tidak mendapat dukungan dana dari negara-negara anggota –seperti kebanyakan program OKI lainnya, menurut Mullah stasiun televisi itu dapat mendulang dana dari iklan produk-produk Muslim.
Dan ia menegaskan bahwa stasiun televisi itu harus mempekerjakan orang yang benar profesional dan bukan orang perwakilan dari pemerintah negara anggota, serta materinya harus sesuai dengan al-Qur`an dan Sunnah tanpa mencabut teks keluar dari konteksnya.*