Hidayatullah.com–Pejabat Konsul Jenderal Indonesia di Karachi, Temu Alam, Selasa (23/9), mengatakan, polisi dan intelijen Pakistan pada Senin (22/9) pukul 22.40 waktu setempat membawa David Pintarto, 22, Furqon Abdullah, 27, Ilham Sopandi, 26, dan Mohammad Anwar (22) dari asramanya di univesitas tersebut.
“Malam itu setelah berkunjung ke KRI Dewaruci, saya ditelepon Muhyidin, salah seorang mahasiswa kita di kampus itu, yang mengabarkan empat rekannya dibawa petugas keamanan Pakistan ke suatu tempat yang tidak jelas,” kata Alam.
Setelah ditelepon Muhyidin, dia segera minta disambungkan dengan asisten pendaftaran kampus perguruan Islam swasta di Karachi itu, Mubasir, yang biasa mengurusi segala hal tentang mahasiswa asing di kampusnya, namun tidak ada di tempat.
Menurut dia, Mubasir sebelumnya didatangi polisi dan agen intelijen Pakistan yang menyatakan Saifuddin (ditangkap 20/9) memiliki 10 keping compact disk (CD) berisi program komputer tertentu yang telah diserahkan kepada Anwar alias Siddiq.
“Kami hanya memerlukan 10 CD itu,” kata Alam menirukan dialognya dengan Mubasir seraya menekankan pengurus asrama itu hanya memiliki sembilan keping CD tersebut. Satu keping -berisikan program komputer berbahasa Arab- lalu diserahkan Mubasir kepada polisi setelah memintanya kepada Anwar.
Adapun isi ke-10 CD itu tidak pernah diketahui oleh orang lain, selain pemilik dan orang yang diserahkan untuk menyimpannya. Kedatangan aparat keamanan Pakistan ke kampus itu, katanya, sebenarnya sudah pernah terjadi pada Minggu malam (21/9) untuk menanyakan berbagai hal berkaitan dengan Rusman Gunawan kepada Anwar dan Ilham.
Mubasir, sering berurusan dengan aparat keamanan soal para mahasiswa asing di kampus itu, menurut Alam, polisi hanya melakukan pengembangan pemeriksaan terhadap Gunawan yang belakangan diketahui adik kandung Hambali.
Bisa meluas
“Penangkapan-penangkapan ini bisa saja meluas kepada para mahasiswa kita di sini. Kami tawarkan kepada mereka agar menginap saja di KJRI sehingga jika polisi atau siapa pun yang menginginkan mereka bisa kita ketahui,” kata Alam.
Akan tetapi tawaran menginap di KJRI Karachi itu tidak dipenuhi oleh puluhan mahasiswa Indonesia di sana yang merasa tidak pernah terlibat dengan kegiatan melawan hukum atau konspirasi negatif apapun.
“Sekarang di asrama tenang-tenang saja. Tapi pada malam penangkapan Anwar Cs itu polisi mengepung kampus dan memutuskan hubungan telepon ke kampus, makanya Mubasir tidak bisa dihubungi,” kata Puji Sugiono, salah seorang mahasiwa Indonesia di Abubakar Islamic Universityyang ditemui di Karachi.
Berkaitan dengan penangkapan-penangkapan itu, tiga staf KJRI di Karachi, di antaranya Kadirat Politik, Hadi Martono, Kasubdit Protokol dan Konsuler Dindin Wahyudin, dan Aang Wirtadjaja, telah menemui pihak berwenang di Kementrian Dalam Negeri Pakistan untuk yang kedua kalinya pada Selasa siang.
Inti dari kedua pertemuan -yang pertama 11/9- meminta akses konsuler agar bisa bertemu dengan Gunawan dan kawan kawannya. “Tetapi tetap belum ada titik terang. Kami tetap tidak diberitahu di mana mereka, bagaimana keadaannya, dan apa masalah yang ditimpakan kepada mereka secara resmi,” kata Alam.
Sebelumnya, di Kementrian Luar Negeri di Jakarta, Dubes Pakistan untuk Indonesia Syed Mustafa A Husein, menjanjikan pemerintahnya akan segera memberikan akses konsuler kepada KJRI di Karachi dan KBRI di Islamabad untuk mengurusi keenam warga negara Indonesia itu.
Abubakar Islamic University merupakan kampus pendidikan agama Islam swasta terkemuka di Pakistan, yang setengah dari jumlah mahasiswanya berasal dari luar negeri, bahkan ada yang berasal dari Amerika Serikat dan Inggeris.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Kampus perguruan tinggi swasta yang mengajarkan tarbiyah, syariah, dan lain-lain aspek pengetahuan Islam itu, terletak di kawasan biasa Gulshn-e- Iqbal, di Karachi Timur dan berjarak sekitar 24 Km dari KJRI di bekas ibukota negara Pakistan itu.
Untuk mengawasi kinerja dan keberadaan para mahasiswa asing di negaranya, pemerintah Pakistan memberlakukan ‘madasir regulation’ yang mengatur soal pendaftaran ulang mahasiswa, visa mahasiswa, sumber pembiayaan kampus, dan reformasi mata kuliah umum yang perlu dilakukan
Bedanya Dengan Malaysia
Meski Malaysia dianggap sangat sewenang-wenang menangkap orang dengan menggunakan ISA, toh dibanding Indonesia, pemerintah yang bersangkutan bisa bertanggung jawab terhadap warganya di tempat lain.
Mengenai penahanan 13 pelajar Malaysia di Pakistan, Wakil Perdana Menteri Malaysia, Abdullah Ahmad Badawi semalam mengatakan, Malaysia sedang bekerjasama untuk membawa mereka pulang, sementara kedutaannya di Islamabad masih terus memantau keadaan mereka. (ant/um/cha)