Hidayatullah.com—Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres mengecam pembatasan perjalanan yang menarget negara-negara Afrika di bagian selatan sebagai bentuk segregasi perjalanan yang rasis seperti apartheid.
Negara-negara di Eropa termasuk di antara negara-negara yang memberlakukan pembatasan perjalanan setelah coronavirus varian Omicron diumumkan terdeteksi oleh dokter di Afsel.
“Kita memiliki instrumen agar perjalanan aman,” kata Guterres menyusul pembicaraan dengan pimpinan Komisi Uni Afrika Moussa Faki Mahamat, seperti dilansir Euronews Kamis (2/12/2021).
“Mari kita gunakan instrumen tersebut guna menghindari hal … hal semacam ini, yang kalau boleh saya katakan, apartheid perjalanan — yang menurut saya tidak dapat diterima.”
Apartheid adalah sistem segregasi rasial yang dilembagakan yang ada di Afrika Selatan, di mana orang kulit hitam dan orang-orang dari kelompok ras lain tidak memiliki hak politik dan ekonomi yang sama dengan orang berkulit putih dan mereka dipaksa untuk bermukim di tempat yang terpisah dari kaum kulit putih.
“Hal yang tidak dapat diterima adalah satu bagian dari dunia ini, yang merupakan salah satu bagian paling rentan dari perekonomian dunia, dikutuk dengan lockout. Padahal merekalah yang mengungkapkan keberadaan varian baru yang, omong-omong, sudah ada di belahan dunia lain, termasuk di Eropa,” kata Guterres, seraya mengajak dunia agar berpikir dengan akal sehat.
Pimpinan PBB itu memperingatkan bahwa larangan perjalanan yang diberlakukan banyak negara itu akan membahayakan pemulihan perekonomian Afrika dan tidak akan benar-benar menghentikan penyebaran virus itu ke seluruh dunia.*