Hidayatullah.com–Dari Prancis, yang pemerintahnya mencabut kewajiban menggunakan masker di dalam ruangan, hingga Austria yang memutuskan untuk tidak memberlakukan kewajiban vaksinasi, banyak negara Eropa mencabut pembatasan meskipun kasus infeksi Covid-19 masih tinggi.
Ada 18 negara di kawasan Eropa yang telah mencabut hampir semua pembatasan Covid-19, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) seperti dilansir Euronews Kamis (17/3/2022).
Negara-negara menjadi “lebih terbiasa hidup dengan virus ini,” kata Professor David Heymann, seorang ahli epidemiologi di London School of Hygiene and Tropical Medicine.
Pemerintah pada gilirannya membiarkan orang melakukan “penilaian risiko sendiri” daripada memaksakan pembatasan pada mereka, imbuhnya.
“Kita sekarang ini berada dalam fase pandemi di mana kita mungkin mencoba dan berusaha menjauh dari keadaan darurat akut yang dibawa oleh pandemi,” kata Dr Catherine Smallwood, manajer insiden Covid-19 di WHO untuk wilayah Eropa, kepada Euronews.
Namun, butuh waktu lama sebelum kita bisa “berpura-pura bahwa virus itu sudah tidak ada lagi”, imbuhnya.
Kasus secara keseluruhan menurun di Uni Eropa (UE) dan Wilayah Ekonomi Eropa (EEA) pada minggu pertama bulan Maret, menurut European Centre for Disease Control and Prevention.
Menurut laporan hasil pemantauan lembaga itu mulai 10 Maret, kematian masih meningkat di 10 negara karena merebaknya varian Omicron. Sekitar 83% orang di kawasan UE dan EEA telah divaksinasi lengkap.
“Kebangkitan wabah akan tergantung, saya yakin, pada imunitas populasi di negara itu dan juga cakupan vaksinasi dan riwayat penyakit sebelumnya,” kata Prof Heymann, yang mengingatkan bahwa banyak orang mungkin sudah pernah mengalami Covid-19 tanpa gejala.
Banyak ahli berharap tidak akan ada tindakan yang lebih ketat seperti lockdown yang dilakukan Eropa sebelumnya, karena sudah adanya imunitas populasi melalui vaksinasi dan infeksi alami.
“Kita melihat banyak orang meninggal, 15.000 orang di kawasan Eropa ( termasuk sebagian dari Asia Tengah) minggu lalu. Angka-angka itu turun, tetapi kita akan melihat jumlah kasus meningkat ketika negara-negara mencabut pembatasan tersebut,” kata Dr Smallwood.*