Hidayatullah.com—Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berada di ‘Israel’ dalam pertemuan ‘bersejarah’ dengan negara-negara Arab guna memulihkan hubungan dengan penguasa zionis melalui Kesepakatan Abraham (Perjanjian Ibrahim) yang disponsori Washington.
Blinken yang tiba di Tel Aviv kemarin sore, dijadwalkan bertemu dengan rekan-rekannya dari ‘Israel’, Maroko, Mesir, Bahrain dan Uni Emirat Arab (UEA) di Gurun Negev kemarin dan hari ini untuk menandai pergeseran hubungan Arab-’Israel’ mulai tahun akhir 2020. Menteri Luar Negeri ‘Israel’ Yair Lapid menggambarkan pertemuan itu sebagai ‘pertemuan bersejarah’.
Menteri luar negeri Mesir, yang negaranya pada Sabtu menandai 43 tahun perdamaian dengan Israel, juga akan bergabung dalam KTT itu. “Normalisasi menjadi normal baru di kawasan itu,” kata Blinken, seraya menambahkan bahwa Washington berharap “untuk membawa orang lain masuk”.
Namun kekerasan berkobar di dalam ‘Israel’, di mana dua tersangka pria bersenjata telah membunuh dua orang i kota Hadera, 50 km (30 mil) utara Tel Aviv, sebelum mereka ditembak mati, kata polisi. Sebelum melakukan perjalanan ke tempat KTT, Blinken mengadakan pembicaraan di Tepi Barat yang dijajah dengan Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas.
Blinken mengatakan Washington tetap berkomitmen pada solusi dua negara, yang tidak dikehendaki rakyat palestina.Tempat pertemuan para menteri luar negeri adalah Sde Boker, di mana bapak pendiri Israel dan perdana menteri pertama, David Ben-Gurion, pensiun dan dimakamkan.
Sde Boker mungkin juga telah memberikan alternatif yang tidak kontroversial untuk Yerusalem, yang dianggap Israel sebagai ibu kotanya – status yang tidak diakui oleh sebagian besar negara karena tidak adanya resolusi untuk klaim Palestina atas kota tersebut. Blinken juga akan mengunjungi Tepi Barat dan Aljazair serta berdialog dengan penguasa UEA Mohammed bin Zayed yang merupakan Putra Mahkota Abu Dhabi.
Selama kunjungannya, Biden akan fokus pada agenda membangun dukungan untuk Ukraina setelah agresi Rusia. Dua masalah utama lainnya adalah untuk menghilangkan kekhawatiran ‘Israel’ tentang kesepakatan nuklir yang akan ditandatangani oleh Barat dan Iran serta membahas risiko kekurangan pasokan gandum dunia akibat perang Ukraina khususnya terhadap kawasan Asia Barat.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
“Kami menyadari bahwa dampaknya dirasakan di Asia Barat dan Afrika Utara di mana sebagian besar negara mengimpor setidaknya setengah dari kebutuhan gandum mereka dan sebagian besar dari Ukraina,” kata Penjabat Asisten Menteri Luar Negeri Yael Lempert menjelang kunjungan Biden. “Perang ini akan mengarah pada peningkatan terus-menerus makanan pokok seperti roti di kawasan itu,” tambahnya dikutip AFP.
Kunjungan Biden dilakukan ketika AS dan Iran berada dalam tahap akhir negosiasi untuk menghidupkan kembali Rencana Aksi Komprehensif Gabungan 2015 yang bertujuan mencegah Teheran mengembangkan senjata nuklir. Pemerintahan mantan Presiden AS Donald Trump menarik diri dari kesepakatan secara sepihak (sendirian) pada 2018 dan memberlakukan kembali sanksi ekonomi yang ketat, sementara Iran melanjutkan aktivitas nuklirnya.*